Sunday 30 December 2007

Tes Osteoporosis Kurangi Risiko Patah Tulang

Kaum wanita yang paling banyak memanfaatkan tes skrining untuk osteoporosis adalah mereka yang kemungkinan berisiko paling kecil untuk menderita penyakit tersebut. Pernyataan tersebut merupakan hasil dari sebuah penelitian di Wisconsin, Amerika Serikat.

Sebanyak 40% dari wanita kulit putih berusia 50 tahun atau lebih akan mengalami retak tulang panggul, pergelangan tangan atau bagian lainnya karena penipisan tulang yang terjadi pada titik tertentu dalam kehidupan mereka. Demikian disampaikan oleh para peneliti yang juga dilaporkan dalam jurnal ilmiah Masyarakat Geriatik Amerika.

Mereka menemukan bahwa retak tulang panggul dapat membuat lebih dari separuh penderitanya tidak bisa pulih total. Sementara itu, 25% diantaranya akan terpaksa menghabisi sisa hidupnya di panti jompo.

Risiko terkena osteoporosis dan mengalami retak tulang akan semakin meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Diketahui kurang dari seperlima dari wanita usia 65-74 tahun menderita osteoporosis, dan lebih dari separuh wanita usia di atas 85 tahun akan mengidap penyakit perapuhan tulang.

Tes osteoporosis memang sangat penting dilakukan oleh kaum wanita karena dengan mengonsumsi sejumlah obat-obatan atau menjalani terapi hormon akan dapat membantu memulihkan kembali kekuatan tulang dan mengurangi risiko retak tulang. Karena itu, Satuan tugas Pencegahan Penyakit di AS mengajurkan agar kaum wanita berusia 65 tahun atau lebih untuk melakukan tes densitas tulang dan memberikan tunjangan bagi tes tersebut dua tahun sekali bagi wanita usia pasca-menopause.

Untuk mengetahui seberapa sering wanita lanjut usia melakukan tes densitas tulang, para peneliti mempelajari sebanyak 44 ribu wanita berusia 66 tahun atau lebih yang mendapatkan tunjangan khusus untuk melakukan tes kepadatan tulang selama tiga tahun pertama setelah perusahaan asuransi menanggung biaya tes tersebut.

Pada tahun 1999-2001, sebanyak 23 % pasien melakukan tes tersebut sedikitnya sekali dalam setahun. Namun ironisnya semakin tinggi usia wanita-wanita itu, semakin sedikit jumlah yang menjalaninya. Usia 66-70 tahun, sebanyak 27% yang melakukannya, sedangkan golongan wanita usia 80-90 tahun lebih sedikit lagi yang melakukannya.

Wanita yang melakukan tes osteoporosis pada saat ini lebih banyak terbentur oleh masalah perbedaan penentuan usia untuk menjalani tes densitas tulang. Para dokter diduga kurang menyadari adanya panduan mengenai tes densitas tulang dan pasien lansia sebenarnya masih memiliki waktu tahunan untuk tetap hidup dan hal itu memberikan tempat penting bagi tes osteoporosis bagi penanganan kesehatan mereka.

No comments: