Tuesday 30 August 2011

Berperang Melawan Serangan Anthrax

Penyakit Anthrax bukan merupakan penyakit yang asing di telinga kita. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis ini memang bakteri yang mematikan dan sulit dimusnahkan. Beberapa tahun lalu, daerah Kabupaten Bogor, yaitu Bojong Gede, Cibinong, Sukaraja, Cileungsi, Citeureup, dan Jonggol, dinyatakan positif sebagai wilayah endemik anthrax. Korban yang terjangkit saat itu, tercatat lebih dari 20 orang, dengan 2 orang meninggal.

Selama 10 tahun terakhir ini, berarti sudah sekitar 5 daerah yang terjangkit anthrax, yaitu Purwakarta, Karawang, Bekasi, Bogor, dan wilayah Jakarta Barat. Tidak mustahil wilayah yang rawan penyakit ini terus meluas. Hingga saat ini, daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTT, NTB, dan Timor Timur, termasuk kategori endemis.

Penyakit Anthrax

Penyakit anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun 1613, Eropa dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu orang tewas. Penyakit anthrax sangat ditakuti, karena bakteri penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia).

Pada tahun 1877, Robert Koch mencoba mengembangbiakan bakteri ini untuk pertama kali. Penelitiannya menunjukkan adanya jamur sporadis pada jenis Bacillus yang terdapat dalam tubuh hewan.

Bakteri ini berbentuk spora bertangkai dan suka hidup serta berkembang biak di dalam tanah. Keluarnya bakteri tersebut bisa terjadi di musim kemarau panjang, karena ternak suka menarik rerumputan kering hingga ke akar-akarnya. Akibatnya spora anthrax yang selama ini bertahan hidup dalam tanah dan menempel di rumput, terbawa keluar dan berubah menjadi bakteri ganas. Kondisi tubuh ternak yang lemah akibat kekurangan makanan dan stres oleh suhu udara yang panas, juga semakin memudahkan serangan anthrax.

Ternak yang terserang anthrax ditandai dengan suhu yang tinggi, tampak gelisah, tidak mau makan, susah bernapas, detak jantung tidak beraturan, serta mati mendadak dalam waktu 1-2 hari. Ternak yang sudah mati oleh anthrax tidak boleh disayat, karena bakterinya akan menyebar ke tanah, dan bertahan hidup dalam bentuk spora selama 30-50 tahun. Bakteri Bacillus anthracis ini tidak mati bila direbus dalam air panas 100 derajat Celcius.

Penularan pada manusia dapat terjadi karena mengkonsumsi daging yang sudah terkena bakteri, adanya kontak sembrono dengan hewan yang sedang sakit anthrax, atau terkena tanah yang tercemar bakteri. Bakteri anthrax bisa masuk ke dalam tubuh melalui kulit, paru-paru, atau saluran pencernaan. Gejala umum serangan anthrax pada manusia berupa luka berwarna hitam, yang semakin lama semakin meradang, berbentuk bisul atau borok di kulit, juga mengalami halusinasi buruk, dan pernapasannya terganggu.

Perang Melawan Anthrax

Langkah untuk memerangi serangan anthrax ialah dengan mengurangi mengkonsumsi daging dan memperbanyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahahan.

Untuk semua hewan berkuku genap yang belum terkena, harus divaksinasi dan revaksinasi setiap enam bulan sekali. Sedangkan bagi manusia yang tertular tetap dapat diobati dengan pemberian antibiotika.

Dalam Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular disebutkan, pemusnahan spora Bacillus anthracis dapat dilakukan antara lain dengan uap panas bersuhu 90 derajat Celcius selama 45 menit, air mendidih atau uap basah bersuhu 100 derajat Celcius selama 10 menit, dan panas kering pada suhu 120 derajat Celcius selama satu jam. Selain itu, untuk pencegahan sebaiknya wilayah yang sudah tercemar segera ditinggalkan, dan hanya dimanfaatkan untuk tanaman keras, seperti pepohonan.

No comments: