Saturday 18 August 2007

Siapa Lebih Cepat Tua?

Ada pendapat, wanita lebih cepat tua dari pria. Benarkah? Simak apa
yang mempercepat timbulnya penyakit dan kerentaan di tubuh Anda.

Wanita menaruh perhatian lebih besar dibanding pria dalam hal awet
muda. "Selama 20 tahun terakhir saya mendapati bahwa wanitalah yang sering
mengeluh karena merasa kelihatan lebih tua dibanding suaminya," kata
Dr. Perricone, dokter sekaligus guru antipenuaan tingkat dunia. Kondisi
itu dibenarkan Dr. Perricone. Ada perbedaan fisiologis antara tubuh pria
dan wanita. Pria memiliki kulit lebih tebal, sehingga lebih resisten
terhadap kerusakan. Hormon testosteron menjaga kulit pria tetap lembab.
Selain itu, pria punya tulang lebih padat daripada wanita.

Sudah begitu, wanita punya kecenderungan untuk berdiet sembarangan
setelah masa remaja. Padahal, kurang gizi, khususnya protein, juga
merupakan faktor yang mempecepat penuaan. Dr. Perricone percaya bahwa kurang
protein menyebabkan kita jadi cepat tua.

Inti dari proses penuaan, menurutnya, adalah pembengkakan. Ketika
inflamasi ini terjadi dalam kadar rendah dan tak terlihat karena berlangsung
dalam sel organ tubuh pelan tetapi pasti kita punya risiko terkena
penyakit degeneratif misalnya penyakit jantung dan stroke, Sebaliknya, jika
sel-sel tubuh sehat, bebas dari cedera plus mendapatkan gizi cukup
terus menerus, tubuh akan awet sehat meskipun sudah masuk usia emas.

Hal itu juga dibenarkan oleh Dr. Czeresna Heriawan Soejono Sp.PD, KGer,
MEpid. dari FKUI/RS Cipto Mangunkusumo-Jakarta. Pola makan yang benar
adalah kunci untuk tetap sehat dan awet muda. Stres oksidatif pada tubuh
terjadi jika pola makan tak sehat. Stres oksidatif erat hubungannya
dengan penyakit kronis degeneratif yang menggerogoti pembuluh darah dan
sendi pada manusia berusia 50 tahun ke atas jika tak didukung pola
makan sehat. Namun, ia menambahkan bahwa belakangan penyakit kronis
degeneratif menggerogoti pula orang Asia perkotaan mapan mulai usia 30-an.

Kesibukan orang Asia perkotaan yang menjauhkan diri dari olahraga,
kemudahan dan kedekatan dengan akses makanan siap saji yang tinggi lemak
dan rendah serat adalah penyebabnya. "Ada penelitian Prof Campbell dari
Amerika Serikat di Shanghai. Penelitian itu mengungkapkan bahwa
perubahan pola makan orang Asia bertanggung jawab pada penyakit kronis
degeneratif yang diderita orang Asia belakangan ini," kata Dr. Czeresna.

"Prof. Campbell sudah memperingatkan orang Indonesia. Jangan ubah pola
makan tradisional menjadi pola makan Barat yang cenderung miskin serat
dan kaya lemak itu agar tua tidak sakit-sakitan," sebutnya.

Gumpalan Darah
Pola makan disebut tak sehat bila komposisi makanan lebih banyak
mengandung lemak jenuh, tinggi kandungan gula sederhana, rendah serat, dan
tinggi garam. Makanan tinggi kandungan lemak jenuh dalam tubuh akan
meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol.

Gumpalan lemak dalam darah ini selanjutnya akan melapisi pembuluh.
"Pembuluh darah yang mengeras dan tak lagi fleksibel. Akibatnya, ketika
terjadi kelebihan trombosit, pembuluh darah tak bisa mengatasinya dan
terjadilah penggumpalan darah. Inilah awal terjadinya serangan jantung atau
stroke. Bisa pula menyebabkan gagal ginjal," ungkapnya.

Pola makan tinggi kadar gula sederhana akan meningkatkan kadar gula
darah. Gula darah yang tinggi ini selanjutnya akan membuat tubuh
mengeluarkan insulin. Kelebihan kadar gula darah terus menerus akan menyebabkan
resistensi insulin dalam tubuh. Akibatnya, tubuh tak bisa memasok gula
ke dalam otot. Ujung-ujungnya adalah kerusakan pembuluh darah yang
bisa merusak jantung, paru-paru, ginjal, hati, otak, organ penting dalam
tubuh manusia.

Kadar garam yang terlalu tinggi dalam darah juga akhirnya akan merusak
pembuluh darah. Kadar garam tinggi akan menyebabkan tegangan
hidrostatis dalam darah meningkat. Ini menyebabkan lapisan pembuluh darah cedera,
sehingga akan terjadi gumpalan darah, suatu kondisi yang akan mengantar
tubuh menderita stroke atau serangan jantung.

Cara menghentikan gumpalan darah itu dengan mengonsumsi makanan kaya
serat dengan gizi seimbang. Dr. Perricone menyebutkan langkah awal
menghentikan penyakit sejak dini dengan menghindari makanan pembuat inflamasi
dalam tubuh "Pilih jenis makanan yang rendah lemak jenuh dan gula,
tetapi tinggi serat." Gula, kue dan makanan manis termasuk jenis gula
sederhana. Jenis gula ini akan cepat meningkatkan kadar gula. Kadar gula
yang tinggi akan menyebabkan inflamasi. Ketika gula darah naik terus,
gula itu masuk ke kolagen kulit, sehingga membuat kulit kelihatan kaku.
Inilah penyebab kulit tua dan kusam.

Proses stres oksidasi juga bisa diredam dengan suplementasi vitamin,
diantaranya vitamin B kompleks, A, C, dan E. Pola hidup sehat yang bisa
mengelola stres dan olahraga juga dinilainya ampuh meredam proses
penuaan. "Pola hidup sehat itu tak hanya memperlambat proses penuaan. Ketika
memulainya, orang akan merasakan proses peremajaan tubuh," tutur Dr.
Penicone.

Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup sehat, sekalipun bagi Anda
yang kini sudah berusia 50 tahunan. Pola makan kaya serta bergizi
seimbang plus olahraga jalan kaki 30-40 menit dan latihan beban 3 kali
seminggu akan membantu meningkatkan massa otot dan kepadatan tulang. Anda pun
bakal tampak lebih muda.

No comments: