Friday 17 August 2007

Cangkok darah plasenta sebanding dengan sumsum tulang belakang yang cocok

Para peneliti dari Universitas Minnesota melaporkan bahwa cangkok darah plasenta memberikan hasil yang lebih baik pada pasien kanker darah dibandingkan cangkok sumsum tulang belakang. Hal ini menurut sebuah analisis hasil data pada Center for International Blood and Marrow Transplant Research (CIBMTR), Medical Collage of Winconsin, Milwaukee. Analisis mencakup hasil cangkokan 785 anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang didiagnosis Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL) atau Acute Myeloid Leukimia (AML).

Ini adalah studi pertama yang secara langsung membandingkan sumsum tulang belakang yang cocok, yang saat ini dipertimbangkan sebagai cangkokan yang lebih disukai, darah plasenta yang cocok dan tidak cocok. Ada kontroversi di dalam komunitas medis mengenai sumber apa dari sel induk darah (darah plasenta atau tulang belakang) yang dipertimbangkan menjadi gold standard untuk penanganan leukimia anak-anak.

Di dalam studi ini, para penyelidik membandingkan hasil-hasil pasien leukimia yang menerima cangkok sumsum tulang belakang tidak berkaitan dengan mereka yang menerima cangkok darah plasenta. Ketika semua donor sumsum tulang belakang dicocokkan, hampir semua donor darah plasenta tidak cocok.

Sasaran utama penelitian ini adalah membandingkan hasil setelah congkok sumsum tulang belakang dan darah plasenta dan menghasilkan pedoman bagi dokter yang mencangkok dalam pemilihan donor terbaik untuk anak-anak penderita leukimia. Secara mengagumkan, darah plasenta yang tidak cocok memberikan hasil sebaik sumsum tulang belakang seperti yang diukur pada angka ketahanan hidup bebas leukimia, tingkat ketidakcocokan dibatasi dan cukupnya jumlah sel-sel darah plasenta. Lebih jauh, partisipan studi yang menerima darah plasenta yang cocok mempunyai angka ketahanan hidup sebesar 20% lebih tinggi dibandingkan penerima cangkok sumsum tulang belakang yang cocok, walaupun jumlah cangkok darah plasenta sedikit.

Penelitian ini dipublikasikan di dalam jurnal the Lancet edisi 9 Juni 2007 dengan John E. Wagner, M.D., Profesor Pediatrik dan Direktur Divisi Pediatric Hematologi/Onkologi and Bone Marrow Transplantation University of Minnesota Medical School’s, sebagai peneliti utama. Studi ini dilakukan atas kolaborasi dengan National Cord Blood Program of the New York Blood Center, New York. Mary Eapen, M.D., Lektor Kepala Pediatrik di Medical Collage of Wincosin and Direktur Ilmiah Luarbiasa CIBMTR adalah penulis utamanya.

Wagner mengatakan, “Apa yang studi ini jelaskan adalah darah plasenta jangan dipertimbangkan lagi sebagai terapi lini kedua. Faktanya bahwa darah plasenta adalah memiliki keuntungan utama dapat dibuat bank dan tersedia segera. Saat ini, pasien-pasien leukimia menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan donor sumsum tulang belakang yang cocok, selama waktu itu penyakit mereka dapat kembuh. Untuk pertama kalinya, waktu pencangkokan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang berlawanan dengan ketersediaan cangkok sumsum tulang belakang yang cocok.”

Penelitian ini menjelaskan bahwa menjadi lebih penting untuk menginvestasikan dalam bank darah plasenta yang memenuhi standar tertentu dalam kaitan dengan dosis sel (atau volume sel yang dicangkokkan) dan keragaman Human leukocyte Antigen (HLA). HLA adalah kelompok protein dalam sel sumsum tulang belakang yang dapat memprovokasi sistem imun agar merespon. Ketika melakukan cangkok sumsum tulang belakang atau darah plasenta, para dokter biasanya harus mencocokkan sedekat mungkin tipe HLA donor dan resipien.

Wagner menmbahkan bahwa peningkatan ketersediaan akan meningkatkan kemungkinan menemukan donor bagi etnis dan ras minoritas yang saat ini kurang terwakili dalam relawan sumsum tulang belakang yang tercatat di seluruh dunia.

Ketika studi menunjukkan bahwa darah plasenta lebih lama membangun kembali sel-sel pembentuk darah dalam tubuh, hal ini berkaitan dengan risiko lebih rendah cangkok vs inang, sebuah potensi komplikasi mematikan khususnya bila tipe HLA tidak cocok. Angka kambuhan leukimia juga lebih rendah dengan cangkok darah plasenta yang tidak cocok. Studi ini menunjukkan bahwa dosis sel lebih tinggi cangkok darah plasenta memperbaiki angka ketahanan hidup, apalagi bila punya yang cocok.

No comments: