Tuesday 1 December 2009

MRI Sebagai Detektor Kebohongan

MRI (magnetic resonance imaging), yang biasanya digunakan sebagai alat scanning (pemindaian) di rumah sakit dalam mengetahui letak kelainan seperti tumor di otak, ternyata dapat dipakai sebagai alat detektor kebohongan yang akurat. Karena pada saat seseorang berbohong maka mereka menggunakan bagian otak yang berbeda dibanding saat mereka bicara dengan jujur. Inilah yang dapat dideteksi dengan menggunakan MRI.

Cara ini lebih akurat dibanding dengan alat deteksi kebohongan konvensional poligraph yang hanya mempunyai akurasi sekitar 70%. Alat detektor poligraph ini hanya mencari perubahan dari tubuh saat berbohong, seperti misalnya berkeringat, tekanan darah, denyut jantung dan pernafasan yang berubah.

Akuransinya sangat terbatas karena seseorang yang bicara dengan jujur juga dapat mengalami perubahan seperti saat, yang disebabkan karena cemas atau gelisah saat diperiksa. Selain itu, seorang yang mahir berbohong dapat belajar bagaimana dapat lulus dari pemeriksaan detektor kebohongan tersebut.

Pada percobaan dengan MRI, 6 dari 11 orang sukarelawan diminta untuk menembakan senapan dan mereka diminta berbohong untuk itu. Sementara 5 lainnya diminta untuk jujur. Dari pemeriksaan MRI, terlihat bagian otak aktif berbeda saat seseorang berbohong dibanding dengan saat mereka bicara jujur. Dan lagi, lebih banyak area di otak yang aktif saat seseorang berbohong dan berusaha untuk terlihat jujur.

Jadi dengan melihat akitifitas dari otak, alat ini dapat mendeteksi lebih baik dibanding dengan alat detektor konvensional. Hanya kekurangannya, pada alat MRI yang besar dan kurang praktis untuk dipindah-pindahkan, demikian kesimpulan para ahli pada pertemuan ahli-ahli radiologi di Amerika utara.

No comments: