Tuesday 1 December 2009

Mungkinkah Sperma Kadaluarsa?

"Kapan mau punya anak? Nanti keburu tua lho.....".keharusan tak tertulis untuk segera "memproduksi" anak rasanya amat lekat dengan kehidupan wanita, terutama yang sudah beberapa tahun menikah. Jam biologis yang terus berdetak kerap membuat punya anak terasa bagaikan target yang terus mengejar. Namun benarkah kaum pria tak harus khawatir?

Sudah bukan rahasia bahwa kemampuan reproduksi wanita secara bertahap ikut merosot seiring bertambahnya usia. Tak heran begitu banyak wanita di ambang 30 tahun mengalami "teror" dari orang tua atau mertua untuk segera beranak-pinak. Herannya, rongrongan untuk punya anak selalu ditujukan pada wanita. Sementara kemampuan reproduksi pria dianggap tak mengenal kadaluwarsa.

Sebuah hasil penelitian terbaru tampaknya cukup membuka mata. Ternyata, jam biologis pria juga terus berdetak dengan kecepatan yang lebih tinggi pada mereka-mereka yang malas merawat kesehatan. Selain itu, makin tua seorang pria, makin kecil pula kemungkinan menghasilkan anak yang lahir sehat.

"Pria yang kelebihan berat badan dan berperut sangat buncit kemungkinan besar memiliki kadar testeron yang rendah, sehingga kemampuannya untuk punya anak pun menurun,"ujar Dr. Harry Fisch, direktur Male Reproductive Center dan profesor urologi klinis di Columbia University College of Physicians and Surgeons. Tentu saja tak ada batas usia yang tegas bagi seorang pria untuk punya anak. "Tapi lebih cepat lebih baik,"tegasnya.

Sementara, beberapa studi sebelumnya juga menemukan bahwa semakin tua umur ayah saat pembuahan, semakin besar pula risiko anak lahir tidak sempurna. Salah satu risiko yang banyak ditemukan adalah down syndrome atau keterbelakangan mental.

Dr. Fisch dan tim pernah mempelajari 3.400 kasus down syndrome 4 tahun lalu. Kala itu terungkap bahwa pada anak yang orang tuanya sama-sama berusia di atas 35 tahun, usia ayah sangatlah menentukan peluang terjadinya down syndrome. Dampak dari usia sang ayah bahkan lebih kuat jika usia ibu di atas 40 tahun รข€“ disini, peranan sperma ayah dalam kemunculan kasus Down syndrome mencapai 50%. Studi ini dipublikasikan pada The Journal of Urology.

Dalam studi lainnya, Dr. Avraham Reichenberg dari Mount Sinai School of Medicine di New York City menemukan bahwa semakin tua usia ayah, semakin tinggi pula risiko autisme pada anak. Seorang ayah yang berusia di atas 40 tahun berisiko memiliki anak autis 6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan ayah yang berusia 29 tahun atau lebih muda. Temuan ini diterbitkan pada Aechives of General Psychiatry edisi September 2006.

Kelangsungan kehamilan juga dipertaruhkan. Pasangan dengan usia pria di atas 40 dan wanita di atas 35 tahun berisiko lebih tinggi untuk mengalami keguguran, demikian studi yang diterbitkan pada tahun 2002 di jurnal Human Reproduction.

Sekali lagi, Dr. Fisch yang juga menulis buku "The Male Biological Clock" meyakini bahwa baik bagi pria maupun wanita sebaiknya tidak menunda punya anak. Jika memang karena satu atau lain hal pasangan harus menunda, calon ayah dianjurkan untuk merawat kesehatan sebaik-baiknya dengan mempertahankan berat badan ideal dan tidak merokok. Terlepas dari ingin punya anak atau tidak, anjuran ini tentu baik untuk semua.

No comments: