Seiring pertambahan usia, berbagai fungsi organ tubuh mulai menurun, termasuk tulang. Untuk mengantisipasi masalah, asupan kalsium perlu ditingkatkan.
Osteoporosis atau pengeroposan tulang bukan lagi milik para lanjut usia (lansia). Kelompok usia muda pun ternyata tidak bebas dari risiko penyakit ini.Perubahan gaya hidup yang makin tidak sehat menjadi pangkal utama masalah ini.
Akibat kurang aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari, mulai anak-anak sampai dewasa, serta kurang asupan kalsium kepadatan (densitas) tulang menjadi rendah hingga menyebabkan osteoporosis. ”Anak-anak pun bisa saja mengalami osteoporosis.Apalagi, 41,7% penduduk Indonesia rawan terkena osteoporosis dini. Osteoporosis itu karena kekurangan asupan kalsium dan vitamin D,” ujar dokter spesialis gizi dari RS Fatmawati dr Pauline Endang SpGK.
Dia menambahkan, osteoporosis dini dapat diderita anak pada usia pertumbuhan. Biasanya ditandai dengan sakit pada tulang tangan dan kaki, bentuk kaki yang tidak lurus sehingga berbentuk huruf X atau O.
Itu sebabnya, asupan kalsium sejak usia dini penting untuk masa pertumbuhan anak, terutama agar perkembangan tulang anak dapat tumbuh secara normal sesuai usia. Namun, pemberian kalsium hendaknya tidak berhenti saat anak sudah dewasa. Karena itu asupan kalsium masih sangat diperlukan untuk mencegah osteoporosis pada usia tua.
Menurut ahli gizi dari Yayasan Gizi Kuliner Tuti Soenardi, meski sudah makan makanan mengandung kalsium, ada zat-zat yang dapat menghambat proses masuknya kalsium ke dalam tubuh. Bila seseorang mengonsumsi alkohol, kopi berlebihan, kurang olahraga, stres, depresi, dan merokok, maka kalsium yang masuk ke tubuh akan terhambat.
Pemberian asupan kalsium harus sesuai kebutuhan dan tergantung usianya. Untuk usia 0-6 bulan, diperlukan asupan kalsium sebanyak 400 mg. Untuk usia 6-12 bulan membutuhkan asupan 600 mg kalsium. Usia 1-10 tahun memerlukan 800-1.200 mg.
”Sedangkan usia 11-24 tahun butuh 1.200 -1.500 mg. Dan untuk umur 25-65 tahun perlu 1.000 mg. Asupan kalsium ini dapat diperoleh dari susu, keju, yoghurt, kacang-kacangan, dan sayuran hijau,” ujarnya, belum lama ini.
Data International Osteoporosis Foundation (IOF) menunjukkan, 150 juta orang di seluruh dunia terdeteksi osteoporosis dan berisiko mengalami patah tulang yang dapat melumpuhkan dan menurunkan kualitas hidup. Insiden patah tulang pada lanjut usia juga dapat mengancam nyawa.
20% pasien patah tulang meninggal dalam jangka waktu satu tahun, dan risiko terus bertambah seiring dengan waktu.
Sepertiga di antaranya harus terus berbaring di tempat tidur, sepertiga yang lain harus dibantu untuk dapat berdiri dan berjalan, dan hanya sepertiga yang dapat sembuh dan beraktivitas dengan optimal.
Adapun di Indonesia, dua dari lima lanjut usia terancam osteoporosis. Sementara angka kejadian osteoporosis di Jakarta mencapai 34%–38% dan Surabaya 26%. Tulang-tulang yang pada umumnya menjadi sasaran serangan osteoporosis terutama yang berongga. Contohnya, tulang belakang, pinggul, leher, paha,maupun lengan bawah.
Selain usia harapan hidup yang meningkat, jumlah orang usia lanjut yang semakin banyak meningkat sampai 414%. Dapat dibayangkan, bila 60%–65% dari pertambahan usia lanjut wanita dan 26%–38% penderita osteoporosis, serta 14,75 mengalami patah tulang.
Pakar osteoporosis Dr Ralph Schimmer mengungkapkan, jika sudah terjadi fraktur pada osteoporosis, maka dilakukan proses penyambungan tulang atau dikenal dengan implan osseointegration.
Pemberian terapi Ibandronat dapat memperbaiki proses penyambungan tulang dan bahkan percepatan proses osseointegrasi (penyambungan tulang) tersebut juga terjadi pada kasus osteopeni (proses awal pengeroposan tulang yang dapat berlanjut menjadi osteoporosis).
”Sehingga diharapkan, manfaat serupa juga bisa didapatkan pada kasus-kasus osteoporosis pascamenopause,” tandasnya.
Sunday, 12 August 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment