Sunday 30 January 2011

Echinacea

Echinacea begitu sohor di beberapa negara Eropa, seperti Swiss, Inggris, Skotlandia, Jerman, Finlandia, dan Perancis. Keampuhannya meningkatkan daya tahan tubuh membuat tanaman obat ini kerap dijual di toko-toko obat sebagai obat flu. Karena di negara subtropis, flu ibarat wabah yang kerap menyambangi bila musim dingin.

Produsen herbal terbesar di Swiss A. Vogel yang memproduksi tingtur Echinacea. Echinacea diolah dalam bentuk segar, lalu dilarutkan dalam alkhohol hingga berkadar 64%, ekstrak kemudian dikemas dalam bentuk cair yaitu tingtur dan tablet. Echinacea mengandung senyawa alkilamid. Senyawa itu menetap dalam reseptor CB2 dari sel imun. Alkilamid membantu mengendalikan Tumour Necrosis Factor Alpha (TNF-α), pengaktif sistem kekebalan tubuh. Senyawa lainnya adalah asam sikorat, polisakarida, glikoprotein, flavonoid, dan minyak esensial. Senyawa-senyawa itu berperan menghambat peradangan, pertumbuhan bakteri, virus, dan cendawan. Keampuhan Echinacea sebetulnya tak hanya mengatasi flu. Khasiat Echinacea juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Echinacea juga sangat baik untuk mengatasi virus yang menyerang saluran pernafasan, seperti asma, bronchitis, tuberculosis, bronkiektasis.

Di tanah air, tanaman asal Amerika Utara itu ternyata adaptif dikembangkan di Indonesia di ketinggian 450-1.100 m dpl. Meski ditanam di Indonesia, kandungan purple coneflower itu sama dengan “kerabatnya” yang dikembangkan di mancanegara.

Echinacea memang istimewa, betapa tidak selain sebagai imunomodulator juga berperan sebagai antioksidan. Itulah sebabnya PT Kalbe Farma menggunakan Echinacea sebagai salah satu bahan baku obat hepatitis. Tanaman berbunga cantik itu dikombinasikan dengan tanaman obat lain seperti sylimarin sylibum marianum dan temulawak curcuma xanthorrhiza. Komposisi ekstrak Echinacea dalam ramuan paling tinggi yakni mencapai 150 mg, sylibum marianum (35 mg), curcuma xanthorrhiza (20 mg).

Obat hasil ramuan Kalbe Farma itu juga teruji klinis. Penelitian dilakukan terhadap 30 pasien hepatitis C kronis. Masing-masing pasien diberi ramuan berupa kapsul 4 kali sehari masing-masing 3 kapsul. Setelah 12 minggu. Kadar rata-rata serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) pasien yang semula 91,2 U/I, turun menjadi 33,6 nilai normalnya 0-50. begitu juga dengan kadar serum glutamate pyruvate transaminase (SGPT). Kadar pada akhir terapi mencapai 35,9 U/I sebelumnya 92,4.

No comments: