Monday 30 June 2008

Menilai Mutu Sperma

Anak merupakan satu hasil proses panjang dari pertemuan sel sperma dan sel telur. Banyak sekali pasangan yang telah menikah mengalami keterlambatan memiliki keturunan. Jika ingin hamil, kita harus memperhatikan kualitas telur, kualitas dan kuantitas sel sperma.

Beberapa penelitian reproduksi menunjukkan ketidakmampuan memiliki keturunan dari pasangan suami istri 35 hingga 50% terjadi karena menurunnya kualitas dan kuantitas sel sperma. Sering kali para pria tidak dapat langsung mengetahui secara langsung berbagai persoalan yang mungkin muncul di seputar organ reproduksinya. Banyak anggapan bahwa sperma yang encer petanda tidak subur dan sulit memiliki anak.

Pengamatan kita sepintas mengenai sperma tidak semuanya keliru, namun ada beberapa aspek dari sperma yang tidak mungkin dievaluasi atau dinilai dari pengamatan biasa. Perlu dilakukan tes laboratorium untuk mendapatkan beberapa data mengenai sperma. Di laboratorium, sprema akan diamati oleh berbagai macam peralatan. Pertama, secara makroskopis (tanpa bantuan mikroskop), meliputi pemeriksaan terhadap volume, kekentalan, warna, bau, dan keasaman. Kedua, dari pengamatan mikroskopis (dengan bantuan mikroskop), maka kita akan mendapat data jumlah sel sperma, gerakan atau mobilitas, bentuk atau morfologi, viabilitas atau daya hidup sel sperma.

Volume sperma yang normal berada pada 2 hingga 6 cc, namun dipengaruhi juga oleh frekuensi seorang pria mengeluarkan sperma. Semakin sering seorang pria sehat (normal) mengeluarkan sperma, misalnya saja sehari sekali, maka semakin sedikit volume yang dikeluarkannya. Contoh : jika seorang pria mengeluarkan 1 cc sperma setiap harinya, maka jika ia mengeluarkan sperma setiap 3 hingga 5 hari, bisa mengeluarkan sperma sebanyak 2 hingga 6 cc.

Istilah kental atau encer yang tengah beredar di masyarakat sebenarnya kurang dapat diukur ketepatannya sebelum ada uji laboratorium. Berdasarkan penelitian di laboratorium, sperma dikatakan normal kekentalannya dengan uji kekentalan (viskositas), yang mendapat angka 2 cm, dengan bantuan pipet 5 ml, sperma dijatuhkan. Semakin kental sperma justru semakin tidak baik karena terdapat kemungkinan disebabkan oleh proses peradangan kelenjar reproduksi, kelainan jumlah, dan gerak sperma, serta antibodi yang terdapat di dalam sperma.

Keasaman diuji dengan kertas lakmus yang dapat dibeli di toko-toko yang menyediakan peralatan uji laboratorium. Keasaman yang normal adalah 7, 2 hingga 7, 8. Jika kurang dari angka tersebut, akan diduga adanya proses infeksi di kelenjar atau saluran reproduksi pria. Ada tiga parameter mikroskopis yang penting, yaitu jumlah, gerakan, dan bentuk sperma. Karena sel sperma sangat kecil ukurannya, pemeriksaan spermatozoa dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali, dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan bilik hitung. Menurut standart WHO, sel sperma yang normal memiliki kandungan lebih dari 20 juta / cc. Artinya jika seseorang memiliki spermatozoa sebanyak 20 juta / cc sperma, sekali saja ia ejakulasi dengan volume 2 cc, akan didapatkan 40 juta per ejakulasi. Jika kurang dari 20 juta / cc, maka pria tersebut dimasukkan ke dalam golongan yang memiliki gangguan jumlah (oligozoospermia).

Pemeriksaan gerakan spermatozoa dilakukan dengan bantuan mikroskop juga. Menurut WHO, yang dikatakan normal adalah yang masuk ke grade A bila spermatozoa bergerak maju, lurus, dan cepat. Grade B bila sperma bergerak maju lebih lambat sebanyak 50%, atau grade A lebih dari 25%. Jika dari hasil penelitian di laboratorium menunjukkan kurang dari angka tersebut, maka dikategorikan di dalam gangguan gerak spermatozoa (asthenoozoospermia).

Spermatozoa yang dikatakan normal jika spermatozoa tersebut memiliki kepala, leher atau bagian tengah, dan ekor yang sempurna. Sperma yang memiliki kelainan bentuk di kepala dapat berwujud kepala besar, kepala kecil, kepala ganda, atau bentuk-bentuk yang lainnya. Bentuk ekor yang tidak normal seperti ekor pendek, ekor tertekuk, ekor yang sangat panjang, dan lainnya. Spermatozoa dengan bentuk yang tidak normal tidak dapat menembus sel telur. WHO memberi batas minimal 30% spermatozoa harus memiliki bentuk yang normal. Jika terjadi kelainan, maka dinamakan sebagai teratozoospermia.

1 comment:

Brightsoni said...

wah...ternyata banyak hal yang perlu dipelajari seputar pria ya...
blog ini sangat bagus dan sangat bermanfaat, maju terus...