Thursday, 28 February 2013

Polio


Kelumpuhan pada Polio

Virus yang masuk dan memperbanyak diri di usus halus, dapat masuk ke dalam aliran darah dan mencapai sistem saraf pusat. Virus akan merusak saraf motorik, yaitu saraf yang memerintahkan otot untuk bergerak. Kerusakan saraf ini tidak dapat pulih kembali sehingga mengakibatkan otot tidak dapat berfungsi kembali (kelumpuhan menetap). Otot yang lebih sering mengalami kelumpuhan adalah otot di daerah tungkai, dibanding otot pada lengan. Kelumpuhan ini disebut juga dengan acute flaccid paralysis (AFP). Bila kelumpuhan berlanjut, dapat menyebabkan kelumpuhan pada ke dua pasang anggota tubuh (quadriplegia). Pada kasus yang berat, virus dapat menyerang batang otak, yang menyebabkan gangguan bernafas dan kesulitan untuk menelan dan bicara, yang dapat berakhir dengankematian.

Walaupun hanya satu dari 200 orang yang terinfeksi, akan menderita kelumpuhan. Tapi beberapa faktor berikut ini diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang yang terinfeksi untuk mengalami kelumpuhan:

Seseorang dengan daya tahan tubuh yang menurun atau rendah seperti pada anak-anak

Mereka yang telah melakukan operasi amandel (pengangkatan kelenjar tonsil)

Kehamilan

Olahraga berlebihan

Cedera

Pencegahan apa yang dapat dilakukan?

Polio tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dicegah melalui imunisasi. Menurut Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi Polio diberikan hingga 6 kali. Imunisasi yang penuh ini hampir selalu akan melindungi anak selama hidupnya, dan menurunkan risiko anak untuk menderita kelumpuhan akibat Polio.

Selain itu, sanitasi lingkungan seperti saluran air minum dan pembuangan kotoran perlu diperhatikan dan juga higine setiap orang sangat diperlukan untuk mencegah terjangkiti virus ini.

Vaksin Polio

Penemuan vaksin Polio merupakan salah satu teroboson terbesar di abad ke 20. Ada dua jenis vaksin Polio:

Vaksin Polio yang berisi virus Polio yang dilemahkan, yang diberikan dengan cara diteteskan (oral polio vaccine, OPV). Yang ditemukan oleh Dr. Albert Sabin, di tahun 1961.

Vaksin yang berisi virus Polio yang telah mati, Inactivated (killed) polio vaccine (IPV), yang ditemukan oleh Dr. Jonas Salk, tahun 1955, yang pemberiannya dengan cara disuntikkan.

Mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari kedua jenis vaksin ini, maka saat ini yang vaksin Polio yang diberikan adalah jenis Oral Polio Vaccine, yang diberikan dengan cara diteteskan ke dalam mulut.

No comments: