Kelumpuhan pada Polio
Virus yang
masuk dan memperbanyak diri di usus halus, dapat masuk ke dalam aliran darah
dan mencapai sistem saraf pusat. Virus akan merusak saraf motorik, yaitu saraf
yang memerintahkan otot untuk bergerak. Kerusakan saraf ini tidak dapat pulih
kembali sehingga mengakibatkan otot tidak dapat berfungsi kembali (kelumpuhan
menetap). Otot yang lebih sering mengalami kelumpuhan adalah otot di daerah
tungkai, dibanding otot pada lengan. Kelumpuhan ini disebut juga dengan acute
flaccid paralysis (AFP). Bila kelumpuhan berlanjut, dapat menyebabkan
kelumpuhan pada ke dua pasang anggota tubuh (quadriplegia). Pada kasus yang
berat, virus dapat menyerang batang otak, yang menyebabkan gangguan bernafas
dan kesulitan untuk menelan dan bicara, yang dapat berakhir dengankematian.
Walaupun
hanya satu dari 200 orang yang terinfeksi, akan menderita kelumpuhan. Tapi
beberapa faktor berikut ini diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang yang
terinfeksi untuk mengalami kelumpuhan:
Seseorang
dengan daya tahan tubuh yang menurun atau rendah seperti pada anak-anak
Mereka yang
telah melakukan operasi amandel (pengangkatan kelenjar tonsil)
Kehamilan
Olahraga
berlebihan
Cedera
Pencegahan apa yang dapat dilakukan?
Polio tidak
dapat disembuhkan, tapi dapat dicegah melalui imunisasi. Menurut Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi Polio diberikan hingga 6 kali.
Imunisasi yang penuh ini hampir selalu akan melindungi anak selama hidupnya,
dan menurunkan risiko anak untuk menderita kelumpuhan akibat Polio.
Selain itu,
sanitasi lingkungan seperti saluran air minum dan pembuangan kotoran perlu
diperhatikan dan juga higine setiap orang sangat diperlukan untuk mencegah
terjangkiti virus ini.
Vaksin Polio
Penemuan
vaksin Polio merupakan salah satu teroboson terbesar di abad ke 20. Ada dua
jenis vaksin Polio:
Vaksin Polio
yang berisi virus Polio yang dilemahkan, yang diberikan dengan cara diteteskan
(oral polio vaccine, OPV). Yang ditemukan oleh Dr. Albert Sabin, di tahun 1961.
Vaksin yang
berisi virus Polio yang telah mati, Inactivated (killed) polio vaccine (IPV),
yang ditemukan oleh Dr. Jonas Salk, tahun 1955, yang pemberiannya dengan cara
disuntikkan.
Mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian dari kedua jenis vaksin ini, maka saat ini yang vaksin
Polio yang diberikan adalah jenis Oral Polio Vaccine, yang diberikan dengan
cara diteteskan ke dalam mulut.
No comments:
Post a Comment