Thursday, 28 February 2013

Pengawasan Tekanan Darah Cegah Pre eklampsia


Pre eklampsia atau yang sering disebut dengan Toksemia Gravidarum atau keracunan dalam kehamilan, merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada ibu hamil di Indonesia. Gejala yang dapat ditemukan pada penderita pre eklampsia adalah tekanan darah yang meningkat, pembengkakan pada tungkai dan ditemukannya protein dalam air seni. Bila keadaan ini tidak diatasi, maka sang ibu akan jatuh ke dalam keadaan Eklampsia, yang berakibat kejang, suatu kondisi yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin dalam kandungan.

Peningkatan tekanan darah baik dalam nilai sistolik (nilai atas pengukuran) maupun dalam nilai diastolik (nilai bawah pengukuran), merupakan suatu prediksi penting akan kemungkinan terjadinya suatu komplikasi yang serius dalam pre eklampsia. Tapi nilai sistolik lebih bermakna, karena nilai tekanan sistolik yang sangat tinggi merupakan tanda waspada yang lebih bermakna untuk seorang wanita untuk mengalami stroke dalam pre eklampsia atau menjadi eklampsia, dibanding dengan nilai tekanan diastolik yang sangat tinggi.

Hasil tersebut merupakan hasil penelitian dari para ahli di Amerika Serikat dari analisa riwayat kasus dari 28 orang wanita yang menderita stroke yang berhubungan dengan pre eklampsia atau eklampsia.

Dari 28 wanita tersebut, hanya tiga orang yang mempunyai nilai diatolik yang lebih besar atau sama dengan 110 mmHg sebelum terjadinya stroke. Sedang 23 orang wanita mempunyai tekanan sistolik yang sama atau lebih besar dari 160 mmHg. Seluruh wanita tersebut mempunyai tekanan sistolik yang lebih dari 155 mmHg.

Wanita yang mengalami pre eklampsia berat dan eklampsia dengan tekanan sistolik yang tinggi (lebih tinggi dari 160 mmHg), akan berisiko tinggi untuk mengalami stroke. Oleh karena itu dianjurkan untuk segera mendapat pengobatan dan pengawasan khusus, perawatan intensif dan pengobatan untuk menurunkan tekanan darahnya dalam mencegah terjadinya stroke. Demikian anjuran dari para ahli. Sedang tes deteksi pre eklampsia, baru akan tersedia beberapa tahun lagi.

Sumber: Jurnal Obstetrics & Gynecology

No comments: