Kuretase merupakan upaya untuk
menyembuhkan rahim dari suatu gangguan tertentu atau untuk pemeriksaan terhadap
lapisan dalam rahim. Kuretase adalah tindakan mengerok jaringan di lapisan
dalam rahim.
Biasanya ada dua alasan mengapa
dokter melakukan kuretase.
- Terjadi keguguran. Tindakan ini biasanya pada waktu keguguran atau setelah keguguran selesai.
- Bagian dari pemeriksaan, yakni jika ada pendarahan di rahim. Misalnya, jika terjadi haid yang sangat banyak, haid yang tidak teratur, perdarahan ketika berhubungan intim, atau perdarahan setelah masa menopouse.
Tidak semua khasus keguguran perlu
tindakan kuretase. Jika terjadi keguguran, dokter biasanya akan memeriksa dulu
kondisi rahim, misalnya dengan alat USG (ultrasonografi). Bila diketahui ada
hasil pembuahan atau sisa hasil pembuahan yang masih tertinggal di rahim,
mungkin dokter akan memberikan obat-obatan yang dapat membuat rahim
berkonsentrasi dan mengeluarkan sisa jaringan tersebut.
Adanya sisa jaringan yang tertinggal
juga dapat menyebabkan infeksi di dalam rahim. Infeksi ini bisa merambat ke
mana-mana dan membahayakan juga. Jadi, setelah terjadi keguguran (atau
pengguguran), lapisan dalam rahim memang harus benar-benar bersih.
Jika keguguran terjadi saat
kehamilan baru berumur sebulan, maka jaringan yang tersisa hanya sedikit,
sehingga akan keluar bersama haid berikutnya tanpa perlu dilakukan kuret.
Tetapi bila janin sudah agak besar, dikhawatirkan ada jaringan yang
tersisa. Batas usia kehamilan yang dapat dilakukan kuretase, biasanya sampai
usia kehamilan 16 minggu.
Berikut adalah proses kuretase yang
dilakukan dokter ahli kandungan.
- Kasus keguguran. Pasien biasanya akan dibius, lalu dokter akan membuka leher rahim melalui vagina. Setelah terbuka, dokter akan memasukkan tabung kecil seperti sedotan. Alat inilah yang digunakan dokter untuk menyedot jaringan yang tersisa di lapisan dalam rahim. Tindakan ini biasanya hanya berlangsung sebentar (± 5 menit)
- Pemeriksaan kondisi rahim. Biasanya dilakukan setelah dokter melakukan pemeriksaan dalam rongga panggul. Setelah itu, dokter akan memasukkan tabung halus (lebih kecil dari sedotan minuman) ke dalam rahim. Jaringan di lapisan dalam rahim itulah yang akan disedot untuk diperiksa di laboratorium. Tindakan ini disebut juga dengan biopsi.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut,
selain kuretase, sebagian dokter menganjurkan pemeriksaan histeroskopi, yaitu
pemeriksaan rahim dengan semacam teleskop yang dimasukkan melalui vagina. Untuk
itu, biasanya pasien dibius total lebih dulu. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan jika leher rahim tidak dapat membuka dengan baik.
Pemulihan setelah tindakan kuretase
ini tidak membutuhkan waktu lama, kira-kira 24 jam. Bahkan, 2-3 jam setelah
tindakan kuretase, pasien diperkenankan pulang. Namun, pada masa pemulihan ini
sebaiknya pasien ditemani, karena umumnya masih pusing atau mual akibat
pembiusan.
Setelah pulang, ibu yang baru saja
mengalami tindakan kuretase sebaiknya istirahat sehari. Bagi ibu yang bekerja,
dua hari setelah kuretase biasanya sudah dapat masuk kerja kembali. Namun, ibu
yang bersangkutan sebaiknya tidak melakukan kegiatan yang berat dulu.
Setelah tindakan kuretase, mungkin
ada pasien yang merasa sakit tenggorokan selama beberapa hari. Hal ini biasanya
akibat proses pembiusan total. Jadi, bukan karena tindakan kuretasenya. Yang
perlu diwaspadai adalah jika terjadi perdarahan hebat atau suhu tubuh meningkat
tinggi. Mengenai waktu haid berikutnya akan berubah. Bisa terlambat, namun bisa
juga lebih cepat.
No comments:
Post a Comment