Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pangan Dunia
(FAO) pernah merekomendasikan pemeriksaan cemaran Enterobacter Sakazakii pada
susu formula tahun 2005 karena sebelumnya ada laporan kejadian diare pada
balita yang mengonsumsi susu tercemar Enterobacter di Jepang.
Di Indonesia sendiri hingga kini belum ditemukan kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh Enterobacter sakazakii. Di Indonesia,
penyebab utamanya adalah Salmonella dan E.colli. Hingga kini, E.Sakazakii baru
diketahui terkait dengan kejadian diare pada balita, namun belum ada bukti
ilmiah yang menunjukkan hubungannya dengan kejadian penyakit lain.
Pada pertemuan mengenai Enterobacter Sakazakii dan
mikroorganisme lain dalam susu bubuk formula bayi tahun 2004, para ahli WHO dan
FAO menyebutkan data tentang industri makanan dan otoritas pengawas nasional
menunjukkan bahwa Salmonella jarang ditemukan pada produk susu bubuk formula
dan E. Sakazakii justru lebih banyak ditemukan di lingkungan pabrik
dibandingkan Salmonella.
Kedua lembaga internasional itu mengeluarkan beberapa
rekomendasi terkait pencegahan pencemaran E.sakazakii karena meski informasi
mengenai ekologi, taksonomi, keganasan dan karakteristik lain dari E. Sakazakii
sangat terbatas, namun sesedikit apapun keberadaan mikroorganisme itu dinilai
berisiko bisa membahayakan kesehatan bayi dan balita.
Dengan pertimbangan bahwa produk susu formula bayi mudah
tercemar patogen, dan E. Sakazakii adalah patogen yang sering muncul dan
membahayakan kesehatan, maka para ahli dari kedua lembaga internasional itu
merekomendasikan agar setiap produk susu formula dilengkapi dengan informasi
jelas mengenai tata cara penyiapan, penggunaan dan penyimpanannya.
Pemerintah juga diminta mendorong produsen makanan bayi
untuk meningkatkan kisaran steril pada produknya, menekan konsentrasi dan
prevalensi E.Sakazakii di lingkungan pabrik, menerapkan sistem pengawasan
lingkungan yang ketat dan efektif serta menggunakan pemeriksaan
Enterobacteriaceae sebagai salah satu indikator pengontrolan hygiene dalam alur
produksi di pabrik.
No comments:
Post a Comment