Sunday, 31 March 2013

Demam Berdarah Bukan Penyakit Baru


Demam Berdarah Dengue (DBD) ini bukan penyakit baru. Munculnya letusan pertama penyakit ini dilaporkan oleh David Bylon pada tahun 1779 yang tengah melakukan penelitian di Jakarta, yang ketika itu bernama Batavia. Pada saat itu, Bylon menyebutnya sebagai demam sendi (knokket koorts).

Ketika itu, demam berdarah dianggap sebagai penyakit ringan. Selain tidak ada perdarahan, penyakit ini tidak mematikan seperti sekarang ini. Selain Bylon, Al Jabarti dan Benjamin Rush juga tercatat sebagai perintis pemahaman ilmiah DBD.

Pada abad ke-19, DBD menjadi penyakit endemik di seluruh benua Amerika, Zanzibar, Pantai Arab dan berbagai kawasan di Samudera Hindia. Virus dengue pun telah berevolusi dan menjadi penyakit yang mematikan. DBD yang mematikan pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an di kawasan Asia Tenggara.

Di Indonesia, kasus DBD yang sering disebut juga dengan Dengue Hemorragic Fever (DHF) pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya oleh dr. Linda Partana. Padahal secara ilmiah catatan pertama adanya nyamuk Aedes aegypti ditemukan peneliti Belanda tahun 1936. Beberapa daerah di Indonesia kemudian berturut-turut melaporkan DBD. Pada tahun 1972, DBD dilaporkan terjadi di Bandung, Yogyakarta, Sumatera Barat, dan Lampung. Tahun 1973 di luar Jawa, DBD dilaporkan terjadi di Riau, Sulawesi Utara dan Bali. Tahun 1974, epidemi DBD dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat, dan tahun 1994 DBD menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia.

Daerah penyebaran virus ini berkembang begitu cepat. Tahun 1998, DBD sudah menyebar di lebih dari 100 negara. Di tahun yang sama, jumlah kasus DBD di Indonesia tercatat 50.000 kasus, Vietnam Bagian Selatan hampir 120.000 kasus, dan di Thailand 200.000 kasus.

No comments: