Keracunan makanan dapat disebabkan
oleh ketidaksengajaan atau kesengajaan dalam kondisi yang tidak tahu bahwa hal
tersebut dapat menyebabkan keracunan.
Jika Anda menemukan gejala-gejala
seperti pusing, mual, muntah-mutah, dan diare, segera tanyakan kepada anak,
atau minta anak untuk menunjukkan apa yang telah dimakan atau diminum. Jika
terdapat wadah ataupun botol berlabel yang berada di sekitar anak, segera baca
dan ikuti cara penanganan pertama terhadap keracunan. Atau Anda dapat
menghubungi pusat penanganan keracunan, atau Unit Gawat Darurat (UGD) rumah
sakit.
Lakukan pertolongan pertama sebelum
membawa anak ke rumah sakit. Jika anak masih berada dalam keadaan terjaga atau
sadar, dan zat tersebut tidak bersifat korosif atau iritatif, maka Anda dapat :
- Membebaskan jalan nafas. Longgarkan pakaian, bersihkan lubang hidung dan mulut dari berbagai sisa kotoran atau bahan beracun dengan kain bersih.
- Memberikan air putih, air susu, atau air kelapa muda. Bertujuan agar kekuatan racun dalam tubuh berkurang.
- Masukkan jari Anda ke dalam kerongkongan anak, saat anak berada dalam posisi menunduk. Tindakan ini dimaksudkan agar anak muntah. Dengan muntah diharapkan racun dapat terbawa keluar.
Jika anak tidak kunjung membaik,
atau menunjukkan gejala yang lebih parah seperti kejang, maka segera bawa anak
ke dokter atau ke rumah sakit terdekat. Jangan lupa untuk membawa makanan atau
sisa bahan beracun yang Anda duga sebagai penyebabnya.
Jika anak menelan bahan kimia yang
bersifat korosif, seperti pemutih, minyak tanah, atau soda kaustik, jangan
pernah membuat anak muntah. Beri anak air atau susu dingin atau sejuk, untuk
mendinginkan bagian tubuh yang terbakar. Bawa segera anak ke rumah sakit. Namun
jika akan tidak dapat bernafas, atau pingsan, bersihkan dahulu bahan beracun
dari wajahnya, dan segera bawa anak ke rumah sakit terdekat untuk mendapat
perawatan intensif. Jika perlu, Anda dapat mencoba untuk melakukan pernafasan
buatan. Namun Anda harus tetap hati-hati, jangan sampai bahan beracun tersebut
masuk ke dalam mulut Anda.
No comments:
Post a Comment