Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati penyakit asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.
Agonis reseptor beta-2 adrenergik
digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak
nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah
tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup
oleh penderita.
Pengobatan penyakit asma juga bisa
dilakukan dengan memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit
dan aminofilin (sejenis teofilin) melalui infus intravena.
Penderita yang mengalami serangan
hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa
mendapatkan suntikan kortikosteroid, biasanya secara intravena (melalui
pembuluh darah).
Pada serangan penyakit asma yang
berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan
oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika
diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik.
Selama suatu serangan penyakit asma
yang berat, dilakukan:
- Pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
- Pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)
- Pemeriksaan rontgen dada.
Pengobatan Penyakit Asma Jangka
Panjang
Salah satu pengobatan penyakit asma
yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-2
adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya
gangguan irama jantung.
Jika pemakaian inhaler bronkodilator
sebanyak 2 hingga 4 kali / hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala,
bisa ditambahkan inhaler kortikosteroid, cromolin atau pengubah leukotrien. Jika
gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan teofilin
per-oral.
No comments:
Post a Comment