Friday, 30 September 2011

Pemeriksaan Kehamilan : Amniosentesis

Amniosentesis adalah pemeriksaan yang dilakukan pada sel-sel janin dan biasanya dilakukan pada wanita hamil yang berusia lebih dari 35 tahun. Namun, pemeriksaan tersebut saat ini dapat dilakukan pada batasan usia kehamilan berapapun.

Umumnya wanita yang menjalani amniosentesis mengalami kelainan kromosomal, seperti sindrom Down, sindrom turner, atau kelainan neural tube. Pemeriksaan tersebut dapat menemukan kelainan gen spesifik, termasuk fibrosis kistik dan penyakit sel darah berbentuk sabit.

Masalah-masalah lain yang dapat diidentifikasi melalui amniosentesis, yaitu:

1. Penyakit skeletal, seperti oseogenesis imperfekta
2. Infeksi janin, seperti herpes atau rubella
3. Penyakit sistem saraf pusat, seperti anensefali
4. Penyakit darah, seperti eritoblastosis fetalis
5. Masalah kimia atu defisiensi, seperti sistiuria
6. Amniosentesis dapat juga menentukan jenis kelamin bayi. Namun pemeriksaan tersebut tidak digunakan untuk tujuan itu, kecuali pada kasus dimana jenis kelamin bayi menjadi masalah, seperti pada hemofilia. Amniosentesis dapat dilakukan untuk mengetahui apakah bayi dari ibu yang mempunyai resus Rh negatif mempunyai masalah dan dapat juga dilakukan untuk menentukan kematangan paru-paru janin sebelum dilahirkan.

Pemeriksaan amniosentesis tidak perlu dilakukan pada semua wanita hamil. Pemeriksaan tersebut sering dilakukan pada wanita:

1. Yang akan melahirkan anak setelah usia 35 tahun
2. Yang melahirkan anak dengan kelainan lahir sebelumnya
3. Memiliki riwayat keluarga kelainan lahir
4. Yang pasangannya mempunyai kelainan lahir

Bagaimana pemeriksaan amniosentesis dilakukan? Ultrasonografi digunakan untuk menemukan letak kantung cairan, tempat yang terbebas dari janin dan plasenta. Kulit di atas perut ibu dibersihkan dan diberikan anestesi lokal. Jarum ditusukkan melalui perut ke dalam rahim kemudian cairan ketuban dikeluarkan dengan menggunakan spuit. Diperlukan sekitar 25 cc cairan ketuban untuk pemeriksaan. Pemeriksaan amniosentesis tersebut dapat mengidentifikasi sekitar 40 jenis abnormalitas janin.

Amniosentesis biasanya dilakukan untuk evaluasi pralahir sekitar minggu ke-16 masa kehamilan, namun kini ada juga dokter yang melakukan pemeriksaan pada sekitar minggu ke-11 atau ke-12 masa kehamilan.

Risiko pemeriksaan amniosentesis dapat berupa trauma terhadap janin dan plasenta, infeksi, keguguran, atau persalinan prematur. Meskipun risiko tersebut relatif kecil, sebaiknya konsultasikanlah risiko tersebut dengan dokter yang tepat.

No comments: