Friday, 30 September 2011

Bila si Kecil Berkacamata

Masa kanak-kanak adalah masa menyerap berbagai informasi. Dan, mata merupakan "pintu" informasi yang cukup penting peranannya. Terbayang apa jadinya bila mata si kecil bermasalah? Tak perlu risau bila si kecil harus memakai kacamata. Sebab, alat bantu ini justru akan membantunya beraktivitas.

Memakai kacamata bukanlah akhir segalanya bagi si kecil. Ini merupakan masalah gangguan pembiasan (refraksi). Gangguan pembiasan akan membuat obyek yang ditangkap oleh mata terlihat tidak fokus alias buram. Keadaan inilah yang dikoreksi dengan pemakaian kacamata atau lensa kontak.

Sebenarnya, ada berbagai jenis gangguan pembiasan. Yang biasanya dialami anak-anak adalah kelainan mata minus (gangguan pembiasan rabun jauh) dan kelainan mata plus (gangguan pembiasan rabun dekat).

Anak memiliki kelainan mata minus jika menunjukkan perilaku berikut:

1. Umumnya jarak mata normal saat melihat gambar atau membaca buku sekitar 30 cm. Anak yang mengalami gangguan ini biasanya akan mendekatkan matanya ke buku hingga jarak kurang dari 20 cm.
2. Ketika menonton televisi, ia akan duduk dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa jadi berdiri di dekat layar televisi.
3. Begitu melihat obyek yang jauh, ia akan memicingkan matanya sambil memiringkan kepala, seolah-olah berusaha mencari fokus yang jelas.

Sedangkan anak yang memiliki kelainan mata plus akan menunjukkan perilaku berikut:

1. Begitu melihat gambar atau bacaan, anak akan menjauhkan matanya dari buku tersebut.
2. Anak cepat mengeluh lelah dan merasa tidak nyaman ketika menggambar, menulis atau membaca.
3. Terkadang mata anak mudah berair, merah, bahkan terasa gatal.
4. Bila Anda mencurigai adanya gangguan pada penglihatannya, apalagi jika si kecil sampai mengeluh, segeralah konsultasikan ke dokter. Pemeriksaan yang umum dilakukan oleh dokter, yaitu:

Pengukuran subyektif

Bila anak masih sangat kecil dan belum mampu bicara, dokter akan memperlihatkan gambar dengan bentuk dan warna yang menarik perhatian. Gambar itu kemudian digerak-gerakkan ke berbagai arah. Dari sini, dokter akan memperhatikan apakah pandangan anak mengikuti gerakan gambar itu atau tidak. Bila tidak, itu berarti ada kemungkinan terjadi gangguan pada penglihatannya.

Untuk balita, pada awalnya dokter akan memperlihatkan gambar benda yang sudah sangat dikenal anak, seperti binatang, bentuk rumah, angka, atau huruf. Setelah itu, gambar tadi akan diperkecil dan diperkecil terus sampai batas maksimal anak bisa melihatnya dengan jelas. Dengan begitu, dokter akan tahu sejauh mana gangguan pembiasan yang dialami si anak.

Pengukuran obyektif

Mata memiliki apa yang disebut dengan sistem optik, yaitu terdiri dari kornea mata dan lensa yang bertugas membiaskan cahaya ke retina. Baik tidaknya fungsi sistem optik tersebut akan diukur dengan autorefractometer (pemeriksaan yang dilakukan dengan alat komputer). Pemeriksaan ini lebih obyektif untuk melihat minus atau plusnya mata si kecil.

No comments: