Normalnya, bayi baru lahir yang mengonsumsi ASI, buang air besar sekitar 8 hingga 10 kali sehari. Bentuknya pun cair. Bila bayi mengonsumsi susu formula,frekuensi buang air besarnya sekitar 2 hingga 6 kali sehari. Setelah ia mengenal makanan pendamping ASI, apalagi kalau sudah mengenal makanan padat, frekuensi buang air besarnya semakin berkurang ( berkisar antara 1 hingga 2 kali sehari) dengan bentuk lebih padat.
Diare terjadi bila frekuensi buang air bayi lebih dari normal dan bentuknya cair/encer. Adakalanya dalam tinja si kecil terdapat lendir, selain terjadi demam dan muntah. Hal ini bergantung dari penyebabnya. Yang pasti, kebanyakan bayi akan rewel selama diare, karena perutnya memang terasa sangat tidak nyaman.
Umumnya, diare pada bayi datang akibat pencernaan si kecil kemasukan bakteri. Sumbernya, bisa dari kurang higenisnya saat pembuatan susu formula. Tetapi bisa juga karena si kecil alergi terhadap protein susu sapi yang terkandung dalam susu formula.
Kemungkinan alergi terhadap bayi yang mengkonsumsi ASI, masih ada kemungkinan juga meski jauh lebih kecil dibandingkan bayi yang menerima susu formula. Bayi ASI menderita diare biasanya karena ibunya mengonsumsi makanan tertentu yang ternyata membawa reaksi alergi terhadap bayinya.
Hal yang penting berbahaya ketika si kecil diare, adalah terjadi kekurangan cairan (dehidrasi). Selain itu, bila setelah diare tidak dilakukan terapi gizi dengan sempurna, si kecil bakal terancam kekurangan gizi yang bisa berlanjut ke gangguan pertumbuhan.
Untuk mencegah bayi dehidrasi, lakukan langkah-langkah ini:
1. Berikan cairan setiap kali si kecil diare, agar cairan tubuh yang keluar bersama tinjanya dapat segera terganti.
2. Teruskan memberi ASI, atau susu formula, juga cairan lain seperti air putih.
3. Bila si kecil sudah mendapat makanan pendamping ASI atau makanan padat, terus berikan makanan bergizi yang tidak berbumbu tajam, dan menjaga dengan ketat kebersihan mulai saat pembuatan hingga pemberian makannya.
Bila diare tidak berhenti, diberikan cairan oralit siap minum khusus untuk bayi dan balita (10 ml/kg/ kali diare atau muntah). Bisa juga dengan larutan garam-gula. Atau garam-air tajin.
Selain itu juga wajib terus memantau kondisi si kecil. Bila mulai timbul tanda-tanda dehidrasi, segera bawa ke dokter. Begiu juga bila di dalam tinjanya terlihat warna merah (darah), hitam (darah yang membeku) atau keputihan (akibat penyakit di hati).
Selain itu juga memberi perhatian khusus pada daerah sekitar popok, karena daerah ini mudah teriritasi akibat si kecil sering buang air dan berganti popok. Bersihkan dengan lembut dan keringkan, agar tidak lambat. Usap daerah ini dengan lotion yang lembut setiap kali anda mengganti popok. Sebaiknya, setiap 3 jam sekali diperiksa popoknya dan ganti.
Sunday, 27 February 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment