Kecenderungan seseorang untuk melakukan bunuh diri, ditentukan juga sejak seseorang masih dalam kandungan. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah, akan dua kali lipat lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri. Risiko juga meningkat pada bayi yang pendek dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang masih berusia muda. Hal ini menunjukkan adanya faktor genetika yang ikut berperan.
Penelitian dilakukan terhadap 700.000 orang dewasa di Swedia, yang lahir antara tahun 1973-1980. Mereka diteliti dan dilihat berapa kemungkinan mereka melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri pada saat mereka berusia 10-26 tahun.
Bayi yang lahir dengan berat badan 2 kg atau kurang berisiko dua kali lipat untuk melakukan bunuh diri dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat 3,25-3,75 kg. Bayi yang lahir dengan panjang badan 47 cm atau kurang, berisiko bunuh diri secara bermakna dibanding dengan bayi dengan panjang badan 50-51 cm. Risiko bunuh diri juga meningkat pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak lulus sekolah menengah umum atau sekurangnya telah mempunyai 3 orang anak lainnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan panjang badan dan berat badan lahir yang rendah yaitu karena sang ibu yang menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang. Keadaan sang anak juga akan memiliki mental dan emosional yang rapuh.
Ibu yang masih remaja, juga mempunyai keadaan emosional yang kurang baik, dan sering diikuti dengan gizi yang buruk, pelecehan, dan gangguan kejiwaan. Ini yang dapat mempengaruhi keadaan genetika sang anak yang membuatnya menjadi seorang individu lebih agresif, impulsif dan lebih rentan.
Jadi faktor-faktor yang membuat seseorang mempunyai kecenderungan untuk melakukan bunuh diri, antara lain faktor genetika, keadaan sebelum dia dilahirkan dan juga dari faktor lingkungannya. Semuanya ikut berperan.
Sumber: Jurnal The Lancet
Saturday, 29 January 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment