Gencarnya promosi susu formula diduga menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Berdasarkan survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 1997 dan 2003, angka pemberian ASI eksklusif turun dari 49% menjadi 39%, sedangkan penggunaan susu botol naik menjadi tiga kali lipat. Selain melalui iklan di media dan promosi di pertokoan, para produsen susu formula kini juga aktif berpromosi di rumah sakit serta melalui dokter.
Diketahui pula cukup banyak rumah sakit bersalin yang tidak mendukung pemberian ASI. Padahal bayi yang baru dilahirkan sebaiknya ditaruh di dada ibunya agar refleksnya berkembang dan produksi susu ibu pun meningkat. Berdasarkan rekomendasi internasional, bayi yang baru lahir harus langsung diberikan ASI maksimal satu jam setelah lahir. Namun kenyataannya, banyak bayi yang justru diberikan susu formula dengan alasan susu ibu tidak keluar.
Selain itu, kini semakin banyak ibu-ibu yang tidak percaya diri dengan manfaat dari kandungan ASI akibat pengaruh iklan yang mengidealkan kandungan zat gizi dalam susu formula. Sebenarnya tidak ada ASI yang tidak bagus, bahkan ASI mengandung zat-zat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh oleh Hellen Keller International tahun 2002 di Indonesia, kini rata-rata bayi Indonesia hanya mendapatkan ASI eksklusif selama 1.7 bulan, padahal WHO menganjurkan agar bayi diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan. Turunnya angka tersebut juga berkaitan dengan pengaruh sosial budaya di masyarakat, yang menganjurkan agar bayi diberikan makanan tambahan sebelum usianya 6 bulan. Setiap bayi seharusnya memang mendapatkan ASI, termasuk juga bayi yang lahir prematur serta bayi yang lahir dengan kondisi lemah.
Saturday, 29 January 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment