Pendahuluan
Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer . Dari data didapatkan bahwa di Amerika , pasien yang menggunakan pengobatan alternatif lebih banyak dibandingkan dengan yang datang ke dokter umum sedangkan di Eropa penggunaannya bervariasi dari 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis . Di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif . Dari data diketahui pula bahwa penggunaan terapi alternatif pada penyakit kanker bervariasi antara 9 % sampai dengan 45 % dan penggunaan terapi alternatif pada pasien penyakit saraf bervariasi antara 9 sampai 56 % . Penelitian di Cina menunjukkan bahwa 64 % penderita kanker stadium lanjut menggunakan terapi alternatif . Penelitian Kessler et all menunjukkan bahwa 9 dari 10 pasien yang menderita ansietas dan 6 dari 10 penderita depresi berkunjung ke psikiater dan pengobat alternatif . Dokter yang berkecimpung pada pengobatan alternatif pun meningkat . Di Inggris ada sekitar 40 % dokter mengadakan pelayanan pengobatan alternatif .
Dari berbagai data di atas terlihat adanya kecenderungan yang besar pemanfaatan pengobatan alternatif . Kedokteran konvensional tidak dapat mengabaikan pengobatan alternatif ini. Kedokteran konvensional sangat tergantung dari teknologi yang mahal untuk memecahkan masalah kesehatan, meskipun kadang pula hal tersebut tidak efektif . Dalam antusiasme terhadap teknologi, kembali pada pendekatan holistik dan metode-metode sederhana seperti diet dan metode relaksasi yang dilakukan pada pengobatan alternatif seringkali pula berjalan dengan efektif . Penelitian juga menunjukkan bahwa pendekatan holistik dan konsultasi dengan pengobat alternatif / komplementer membuat pasien lebih dapat mengontrol penyakitnya .
Pada beberapa kalangan yang berpikiran luas , timbul keraguan pula akan hakekat pelayanan kedokteran yang cenderung hanya bertumpu pada regionalisasi, pemberian resep obat, instrumentasi dan pembedahan tanpa memperhatikan faktor intrinsik , aspek kemanusiaan pasien .
Dalam makalah ini penulis mencoba membahas beberapa masalah yang krusial yaitu : Seberapa efektif manfaat pengobatan alternatif , peranan dokter dan institusi pendidikan kedokteran terhadap keberadaan pengobatan alternatif .
Apakah pengobatan alternatif benar bermanfaat ?
Sebelum membahas mengenai seberapa besar manfaat pengobatan ini perlu kiranya dibahas dahulu sedikit mengenai pengobatan alternatif ini. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern ( pelayanan kedokteran standar ) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat dan khasiat serta mekanisme pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan .
Charthy , dalam Natural therapies menyebutkan beberapa jenis pengobatan alternatif , yaitu : akupresur, akupuntur, teknik alexander, kinesiology, aromaterapi, autogenic therapy, chiropractice, terapi warna, homeopati, osteopati, hipnoterapi, iridology, naturopathy, terapi nutrisi, terapi polaritas, psikoterapi , refleksiologi , pemijatan, pengobatan Cina. Sedangkan dalam ensiklopedia pengobatan alternatif , Jenis pengobatan ini dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
1. Terapi Energi yang meliputi : Akupuntur , Akupresur, Shiatsu, Do-in, Shaolin, Qigong,, T’ai chi ch’uan, Yoga, Meditasi, Terapi polaritas, Refleksiologi, Metamorphic technique, Reiki, Metode Bowen, Ayurveda, Terapi tumpangan tangan.
2. Terapi fisik yang meliputi : Masase, Aromaterapi, Osteopati, Chiropractic, Kinesiology, Rolfing, Hellework, Feldenkrais method, Teknik Alexander, Trager work, Zero balancing, Teknik relaksasi, Hidroterapi, Flotation therapy, Metode Bates .
3. Terapi pikiran dan spiritual yang meliputi : Psikoterapi, Psikoanalitik, Terapi kognitif, Terapi humanistik, Terapi keluarga, Terapi kelompok, Terapi autogenik, Biofeedback, Visualisasi, Hipnoterapi, Dreamwork, Terapi Dance movement , Terapi musik, Terapi suara, Terapi seni, Terapi cahaya, Biorhythms, Terapi warna.
Dalam sistem pelayanan kesehatan di Inggris, jenis pengobatan alternatif ini dibagi menjadi 3 kelompok besar . Kelompok pertama adalah : Kelompok yang paling terorganisasi dan teratur , seperti : akupuntur, chiropractic, pengobatan dengan herbal, homeopati, osteopati. Pengobatan alternatif yang masuk dalam kelompok ini mempunyai dasar penelitian. Kelompok kedua adalah : Kelompok pengobatan alternatif yang membutuhkan penelitian lebih lanjut , namun sudah digunakan sebagai pelengkap dalam sistem pelayanan kesehatan , seperti : hipnoterapi dan aromaterapi. Kelompok ketiga adalah : kelompok pengobatan alternatif yang belum mempunyai data sama sekali , seperti : terapi dengan kristal dan pendulum .
Beberapa pendukung terkemuka dari pengobatan alternatif menolak konsep bahwa efektifitas dari pengobatan alternatif membutuhkan atau dapat dilakukan validasinya dengan penelitian secara random dan controlled – trial . Dengan pertimbangan bahwa banyak intervensi pengobatan alternatif tidak memberikan obat atau melakukan operasi , seperti pengobatan tradisional Cina , pengobatan Ayurvedic, terapi tumpangan tangan didasarkan pada pandangan vitalistik dari kesehatan dan penyakit. Terapi –terapi ini percaya adanya energi vital ( qi, prana, kekuatan spiritual ) . Masalah lainnya adalah penelitian double-blind, misalnya pada akupuntur sangat sulit karena metode ‘blinding’ dengan menusukkan jarum tidak memungkinkan . Sehingga efektifitas pengobatan alternatif dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dispesifikasi, dihitung, dan dikontrol dengan metode penelitian double-blind .
Beberapa penelitian telah dilakukan pada akupuntur, tanaman obat, dan chiropractic, namun kadangkala kesimpulan tidak dapat ditarik karena adanya kekurangan pada rancangan penelitian. Kesulitan lain yang dihadapi peneliti dalam mengevaluasi efektifitas suatu pengobatan alternatif adalah tingginya heterogenitas cara yang digunakan untuk mengobati gejala yang sama. Penelitian Kalauokalani et all terhadap 7 praktisi akupuntur dalam mengobati nyeri pinggang bawah , memperlihatkan adanya variasi yang besar pada jumlah titik yang digunakan ( antara 5 – 14 titik ) dan jumlah jarum yang digunakan ( antara 7 sampai 26 jarum ) dan kesamaan titik yang digunakan hanya ada pada 4 titik ( 14 % ). Tingginya heterogenitas ini menimbulkan tantangan bagi peneliti dalam membuat rancangan penelitian dan cara menginterpretasikannya.
Beyerstein ,menyatakan saat seseorang sembuh dari penyakit dengan menggunakan suatu metode alternatif maka tidak dapat dikatakan metode tersebut benar efektif . Beberapa faktor yang menyebabkan suatu pengobatan yang tidak efektif menjadi seolah efektif adalah :
1. Penyakit mempunyai perjalanan alami untuk sembuh sendiri.
2. Penyakit mempunyai siklus remisi – eksaserbasi , seperti pada multiple sclerosis, asma, alergi, dan migren. Bukan tidak mungkin pasien datang pada saat penyakitnya akan membaik.
3. Efek plasebo. Para pengobat alternatif seringkali membuat penyakit seolah dapat lebih dihadapi. dan pengobat alternatif biasanya lebih antusias dan karismatik . Jadinya kesembuhan yang dialami lebih kepada faktor psikologis. Sebagai contoh : Pada pasien nyeri kronik seringkali nyerinya berkurang dengan pendekatan psikologis tanpa menyentuh faktor patologis yang mendasarinya.
4. Adanya somatisasi dan ketakutan akan hilangnya perasaan ‘sehat’ . Banyak pasien dengan somatisasi berobat ke dokter dan telah dilakukan berbagai pemeriksaan tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien tersebut akhirnya datang ke pengobat alternatif yang ‘selalu’ menemukan sesuatu untuk di obati dan jika terjadi ‘ penyembuhan ‘ maka kepercayaan semakin timbul.
Dari sudut aspek antropologis, pandangan efektifitas pengobatan modern dan alternatif-tradisional sebenarnya menggunakan terminologi yang tidak sama . Pengertian biomedis dari Barat tidak bisa sama dengan pengertian etnomedis tentang kemanjuran dan terdapat pandangan di kalangan Barat bahwa di luar sistem medis yang didasarkan ilmu biomedis Barat pasti irasional karena didasarkan pada magis dan bukannya observasi empiris. Sehingga dalam menentukan efektifitas pengobatan alternatif – tradisional perlu diadakan suatu pendekatan multidimensi .
Seberapa besar manfaat pengobatan alternatif berdasarkan tanggapan dokter maupun pasien penggunanya ?
1. Penelitian meta-analisis terhadap tanggapan dokter mengenai pengobatan alternatif menunjukkan bahwa dari 12 penelitian yang berbeda , dokter memberikan jawaban yang positif terhadap keberadaan pengobatan alternatif, terutama terhadap akupuntur, osteopati, homeopati, dan chiropractic. Pada 5 penelitian diantaranya ditanyakan mengenai bermanfaat atau tidaknya pengobatan alternatif tersebut. Tanggapan dokter yang menjawab bahwa pengobatan alternatif bermanfaat berkisar dari 54 % sampai 86 %. Dapat dikatakan di sini bahwa sebagian besar dokter setuju bahwa pengobatan alternatif bermanfaat pada penyembuhan penyakit . 2. Penelitian Verhoef et all, pada pasien tumor otak yang menggunakan pengobatan alternatif menunjukkan dua pertiganya menyatakan bahwa pengobatan tersebut bermanfaat. Secara umum pasien mengatakan bahwa tingkat ‘ energi ‘ meningkat dan merasa lebih sehat fisik dan mental. Pada sepertiga pasien mempunyai harapan yang tinggi bahwa pengobatan alternatif ini mampu mengecilkan dan menghilangkan tumornya . 3. Penelitian Ernaldi bahar dkk, terhadap gangguan kesehatan jiwa pada anak dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orang tua penderita percaya bahwa pengobatan tradisional lebih kompeten dan mampu mengobati kesehatan jiwa anaknya . 4. Penelitian Kessler et all, pada pasien yang menderita ansietas dan depresi didapatkan data bahwa sebagian besar pasien menyatakan pengobatan alternatif sama berguna dengan pengobatan konvensional 5. Dalam suatu diskusi panel National Institut of Health ( NIH ) yang dihadiri oleh 23 ahli di bidang kedokteran perilaku, penanganan nyeri, ilmu jiwa, ilmu saraf dan psikologi ditemukan berbagai bukti kuat bahwa penggunaan teknik relaksasi dan terapi perilaku dapat mengurangi rasa nyeri dan masalah insomnia akibat berbagai kondisi penyakit . Diskusi Panel NIH pernah juga memberikan simpulan bahwa akupuntur efektif untuk mengurangi nyeri gigi, mual, muntah, nyeri kepala dan nyeri pinggang bawah .
Bila pengobatan alternatif tidak didukung dengan dasar ilmiah , mengapa banyak orang , termasuk yang berpendidikan tinggi menggunakan terapi alternatif ini ?
1. Dari sudut pandang pasien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari pengobatan alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya. Hal ini membuat mereka menilai bahwa nilai statistik adalah tidak penting . Seringkali pula para pengguna pengobatan alternatif ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang yang baru dikenal , keluarga, dan teman yang mungkin sudah mengalami kesembuhan dengan penyakit yang serupa melalui pengobatan alternatif tersebut . 2. Kedokteran modern menjadi identik dengan unpersonal dan high cost medicine yang hanya terjangkau oleh sekelompok kecil masyarakat dan kedokteran modern tersebut belum mampu secara meyakinkan manangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan , kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan. Apalagi disampingnya terdapat pelayanan kesehatan alternatif yang menjanjikan . 3. Pengobatan alternatif tradisional masih digunakan oleh sebagian besar masyarakat bukan hanya karena kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang terjangkau oleh masyarakat , tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor sosial budaya dari masyarakat tersebut. Ia memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat yang dilayani . 4. Adanya beberapa stereotypes di masyarakat , seperti : - pengobatan alternatif – tradisional bersifat holistik dan pengobatan modern hanya melihat penyakitnya saja dan adanya dikotomi penyakit ke dalam dua jenis , yaitu penyakit yang dapat disembuhkan oleh dokter dan penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh pengobat tradisional. 5. Adanya beberapa manfaat umum dari pengobatan alternatif – tradisional baik secara psikologis dan sosial yang tidak terpengaruh dengan keberadaan pengobatan modern , yaitu : mengurangi stress dan kecemasan akibat ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan keterlibatan langsung pasien dalam penanganan penyakitnya, fungsi kontrol bila ada penyimpangan, mengurangi trauma akibat perubahan kultural dan mempromosikan identitas kebudayaan .
Peranan fakultas kedokteran dan praktisi kedokteran dalam menyikapi keberadaan pengobatan alternatif
Dalam menyikapi keberadaan pengobatan alternatif maka penting bagi fakultas kedokteran untuk membangun suatu program pendidikan baru bagi mahasiswa kedokteran dan mendukung serta meningkatkan penelitian mengenai pengobatan alternatif yang nantinya menjadi dasar evaluasi bagi keamanan dan kerasionalan penggunaannya. Perlu diingat sangatlah mustahil untuk menuntut keefektifan suatu pengobatan alternatif berdasarkan penelitian eksperimental bila sama sekali tidak ada dukungan dana yang menunjang ke arah tersebut. Jadinya keefektifan suatu pengobatan alternatif lebih banyak berdasarkan laporan kasus per kasus dan laporan dari pengguna maupun dokter yang pernah melihat maupun mengalami sendiri efektifitas dari pengobatan alternatif tersebut.
Mahasiswa kedokteran perlu diberi informasi mengenai konsep dasar , efektifitas, dan keamanan dari setiap pengobatan alternatif . Materi pendidikan ini sebaiknya di masukkan dalam kurikulum fakultas kedokteran dan pelatihan berkelanjutan. Tanpa adanya pendidikan tambahan mengenai pengobatan alternatif , mahasiswa kedokteran nantinya tidak dapat berfungsi sebagai dokter yang mampu menerima informasi tentang pengobatan alternatif yang dilakukan oleh pasiennya dan tidak dapat memberikan informasi dan tuntunan yang akurat untuk pasiennya. Para praktisi kedokteran pun harus sensitif terhadap pasien pengguna pengobatan alternatif ini terutama untuk pasien dengan penyakit yang menahun dan sulit disembuhkan seperti : kanker, nyeri menahun , dan penyakit saraf degeneratif . Praktisi kedokteran sebaiknya pula mengetahui penggunaan terapi alternatif pada pasiennya, mengingat kemungkinan adanya reaksi interaksi antar obat . Berbeda dengan ilmu kedokteran yang scientific & technological dengan pendekatan analitik, pengobatan alternatif - tradisional ( berkembang dari tradisi masyarakat tertentu ) lebih bersifat pre scientific & magico –mystical dengan pendekatan holistik. Pendekatan holistik dalam pengobatan tradisional yang memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat dapat diterapkan dalam ilmu kedokteran tanpa harus kehilangan identitas dan sifat keilmuannya. . Pengobatan tradisional sudah merupakan bagian integral dari lingkungan sosial budaya dan ada nilai-nilainya yang patut dipertahankan dan ditingkatkan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi upaya kesehatan .
Simpulan
Perbedaan yang mendasar dari pengobatan alternatif dengan kedokteran konvensional lebih kepada tidak adanya dasar penelitian . Namun keterbatasan berbagai sumber telah semakin meningkat, karenanya pengetahuan kedokteran harus tanggap. Bagaikan harta terpendam, semuanya tidak boleh diabaikan meskipun pada mulanya tidak ilmiah .
KEDOKTERAN INTEGRATIF
Model ilmu pengetahuan secara cepat meningkatkan praktek kedokteran kepada kepastian patofisiologi penyakit dengan hasil pengertian yang lebih mendalam mengenai biologi tubuh manusia dan meningkatkan kesembuhan/ perbaikan dari penyakit . Namun hasil lain yang tidak diharapkan adalah terjadinya erosi hubungan dokter - pasien. Implikasi lain dari sangat majunya ilmu pengetahuan kedokteran adalah keinginan untuk mengerti basis molekuler dari sistem kehidupan. Asumsi ini memungkinkan dan dipercaya oleh banyak praktisi kedokteran dapat memecahkan semua masalah kedokteran / penyakit . Namun ternyata ilmu yang sedemikian maju tersebut belum sepenuhnya mampu memecahkan berbagai masalah klinik komplek yang saat ini masih belum dimengerti benar mengenai mekanismenya dan pengobatannya pun kadang tidak efektif .
Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran yang sedemikian pesat telah banyak menciptakan spesialis dan subspesialis. Semuanya memang sangat diperlukan , namun hal tersebut juga membuat seorang praktisi kedokteran hanya memperhatikan potongan kecil permasalahan pasien .
Seringkali pendekatan melalui proses konsultasi dan pendekatan holistik pada pengobatan komplementer dapat membantu pasien untuk lebih mengontrol penyakit mereka . Namun sayangnya cara seperti ini tidak sering dilakukan karena praktisi kedokteran dengan pengetahuan , sikap dan terlatih mengenai hal ini hanya beberapa saja . Di sisi lain pengobatan komplementer mempunyai variasi yang sangat besar. Mulai dari ‘yang tidak masuk akal” bahkan berbahaya sampai yang memang bermanfaat. Dalam situasi seperti ini , pasien membutuhkan praktisi kedokteran yang mempunyai pengetahuan biomedik untuk membedakan hal tersebut . Para praktisi dan peneliti kedokteran seringkali menggunakan istilah kedokteran integratif sebagai gabungan dari pengobatan alternatif dan komplementer (PKA) dengan ilmu kedokteran konvensional. Sebenarnya pengertian kedokteran integratif menekankan pada sistem yang lebih tinggi yang memperhatikan wellness dan healing pada individu secara keseluruhan ( dimensi bio-psiko-sosio-spiritual ) sebagai tujuan utama, melalui pendekatan ilmu kedokteran konvensional maupun alternatif dalam konteks suportif dan hubungan dokter - pasien yang efektif . Kedokteran integratif juga memfokuskan pada pencegahan dengan memperhatikan : pola hidup, diet, olah raga, manajemen stress ,dan pengaturan emosional .
Institusi pendidikan kedokteran mempunyai peranan sangat penting dalam mengembangkan konsep kedokteran integratif . Banyak hal yang dapat dilakukan institusi pendidikan dalam hal kedokteran integratif ini , diantaranya :
1. Memfokuskan kembali pasien sebagai individu yang utuh dan hubungan dokter - pasien
2. Melibatkan pasien sebagai bagian aktif dari proses kesembuhannya dengan mengajarkan setiap pasien cara yang terbaik untuk meningkatkan derajat kesehatannya
3. Tetap terbuka untuk mengerti kelebihan maupun keterbatasan ilmu kedokteran konvensional dan menyadari bahwa ilmu pengetahuan kedokteran tersendiri tidak efektif dalam mengatasi semua kebutuhan komplek pasien kita
4. Memberikan pada mahasiswa kedokteran , dasar PKA termasuk prinsip dasar seperti bukti mengenai efektifitasnya maupun kerugiannya. Tanpa adanya pendidikan tambahan mengenai PKA , para praktisi nantinya tidak dapat berfungsi sebagai dokter yang mampu menerima informasi serta tuntunan yang akurat untuk pasiennya . Survei yang dilakukan pada 302 dokter di Denver menunjukkan bahwa 84 % menginginkan pendidikan lebih lanjut mengenai PKA dengan alasan utama : agar dapat mengetahui keamanan dan keefektifan PKA sehingga mampu mendiskusikannya dengan pasien
5. Mahasiswa kedokteran sebaiknya diajarkan pula bagaimana menemukan dan mengevaluasi bukti keefektifan dan keamanan dari pengobatan komplementer. Dengan tujuan akhir mahasiswa kedokteran mendapatkan ketrampilan tambahan mengenai keterbukaan, rasa sensitif kepada masalah kultural maupun kepercayaan, komunikasi dan mampu melakukan critical appraisal terhadap berbagai literatur mengenai PKA
6. Dilakukan penelitian klinik untuk mengetahui efektifitas PKA. Penelitian ini penting karena hasilnya dapat digunakan sebagai dasar evaluasi bagi keamanan , kerasionalan penggunaannya , kepuasan pasien dan analisa biaya saat PKA diintegrasikan pada kedokteran konvensional
. 7. Tetap memperhatikan segi spiritual dan kebutuhan emosional pasien dan menyarankan penggunaan terapi PKA yang sesuai jika memang meningkatkan penyembuhan dari kedokteran konvensional
8. Penelitian pada Human Healing sebaiknya selalu menanyakan pada berbagai tingkatan seperti : faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat proses kesembuhan pada seorang individu, potensi –potensi yang bisa dikembangkan dan faktor-faktor keterbatasannya
9. Kita dapat belajar dari berbagai ‘sisi lain’ lain ilmu kedokteran seperti efek plasebo, hipnoterapi, studi psikososial, dan pendekatan spiritual. Kedokteran komplementer bukanlah akhir dari semua terapi ‘ sisi lain’ tersebut, tapi dapat berfungsi sebagai wadah yang umum untuk suatu perubahan yang kreatif
Harapan di masa depan bahwa tiap penyakit yang diderita selalu ditanyakan apa masalahnya, terapi spesifiknya dan bagaimana cara meningkatkan respon kesembuhan diri , serta adakah bukti ilmiahnya .
KEDOKTERAN INTEGRATIF PADA PENANGANAN KANKER SEBAGAI CONTOH MODEL. Pada pengobatan kanker , terapi konvensional yang ada dirasakan pula keterbatasannya . Di sisi lain ada pula peningkatan ketertarikan para praktisi untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai aspek-aspek terbaik yang dapat diambil dari terapi komplementer .
Pengobatan kanker secara integratif di US menggunakan terapi konvensional seperti kemoterapi, pembedahan, radioterapi dan dilengkapi dengan terapi psikologi, relaksasi, tumpangan tangan ( therapeutic touch ) , terapi nutrisi, spiritual, dan ‘alternative immune therapi’. Berikut ini diungkapkan beberapa prinsip terapi kanker integratif tersebut :
1. Terapi kanker difokuskan pada individu secara menyeluruh dan tidak hanya pada penyakit kanker itu sendiri. Sesuai dengan prinsip Hipokrates ‘ Be benefit and do no harm ‘ , merupakan suatu instruksi eksplisit kepada fokus individu yang menyeluruh. Terapi kanker yang secara teknik berhasil dalam mempertahankan kehidupan fisik namun meninggalkan pasien dalam kondisi tubuh yang tidak dapat ditolerir oleh dirinya , tidaklah sesuai dengan prinsip tersebut
2. Ada perbedaan mendasar mengenai kata Curing dan Healing. To Cure berasal dari bahasa latin Curare yang artinya to take care atau charge off , yang menekankan pada suksesnya suatu terapi medis; sedangkan Heal berasal dari bahasa Inggris lama Haelen yang berarti Become whole yang erat berhubungan dengan kata Holy. Jadi kata Healing memberi tempat pada setiap tingkat termasuk fisik, emosional, mental dan juga spiritual. Jadi ada saat dimana pasien dapat “cured “namun tidak ” healed “. Adapula saat dimana kita dapat membantu pasien untuk “ Heal “ meskipun kita tidak dapat “membebaskan” penyakitnya
3. Pada Banyak kasus kanker yang resisten terhadap suatu terapi konvensional , tidak ada paket khusus optimal yang dapat diberikan pada suatu jenis kanker yang sama. Setiap pasien mempunyai pendekatan terapi integratif yang berbeda. Tiap individu adalah spesifik dan adanya Biochemical individuality. Tiap pasien mempunyai latar belakang etiologi , sosio-kultural berbeda. Pendekatan individu secara menyeluruh penting dan tidak hanya memfokuskan terhadap penyakitnya ( It’s more important to know what kind of patient has the disease than what kind the disease the patient has )
4. Memperbesar harapan pasien dalam suatu keadaan ketidakpastian bukanlah merupakan suatu kesalahan. Pada kasus kanker selalu ada kelompok pasien yang mengalami remisi maupun tetap ‘survive’. Kelompok ini dapat dijadikan sebagai pusat perhatian harapan positif pasien kanker.
5. Pada pendekatan terapi integratif , jika suatu terapi komplementer tidak menimbulkan efek yang membahayakan bagi pasien maka terapi komplementer tersebut mungkin berguna dengan cara meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dengan mengikutsertakan pasien secara aktif dalam proses pengobatan dan dapat memberikan pula efek plasebo positif. Pasien pengguna terapi komplementer seringkali mempunyai harapan kesembuhan yang tinggi dibandingkan dengan pasien pengguna terapi konvensional. Harapan pasien berkorelasi dengan hasil terapi. Terapi akan menjadi seolah lebih efektif bila pasien sebelumnya mempunyai harapan yang besar terhadap terapi tersebut .
6. Terapi integratif juga menekankan pada kenyamanan pasien dan terbinanya hubungan baik antar dokter –pasien – keluarga ( to cure occasionally , relieve sometime, comfort always ).
SIMPULAN Kedokteran integratif menekankan pada hubungan dokter-pasien sebagai titik sentral. Kedokteran konvensional dapat memanfaatkan sisi positif PKA untuk membantu kesembuhan pasien dalam suatu program terapi yang terintegratif.
PENELITIAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF :
BERBAGAI PERMASALAHAN
Perbedaan mendasar PKA dengan kedokteran konvensional lebih kepada tidak adanya dasar penelitian . Sebenarnya penelitian mengenai PKA ini sudah banyak dilakukan namun berbagai permasalahan seperti kelemahan metodologi penelitian maupun intepretasi akhir hasil penelitian yang berbeda mengakibatkan PKA belum dapat diterima secara luas pada kalangan medis .
Jenis PKA sangat beragam dan biasanya sangat dipengaruhi oleh kultural, lokasi geografi, kepercayaan dan menggunakan multimodalitas terapi . Sistem kesehatan di Inggris membagi PKA berdasarkan profesionalisme dan banyaknya penelitian pendukung , yaitu :
1. Group 1 : merupakan terapi alternatif yang secara profesional terorganisasi yang meliputi :akupuntur, chiropractic, pengobatan dengan tanaman obat, homeopati, osteopati.
2. Group 2 : Terapi komplementer yang terdiri dari : teknik alexander, aromaterapi, pijat, terapi konseling, hipnoterapi, meditasi, refleksiologi, shiatsu, terapi ayurvedic Maharishi , terapi nutrisi, yoga
3. Group 3 : disiplin alternatif lain seperti terapi tanaman obat china, terapi tradisional china, terapi kristal, iridologi,terapi ayurvedic, kinesiologi, radionik, pendulum , naturopati.
Variasi praktisi PKA untuk suatu jenis terapi yang sama sangat besar , seperti banyak pendekatan dari praktisi Chiropractic dan akupuntur untuk diagnosa penyakit konvensional yang sama pendekatan terapi bisa berbeda . Sebagai contoh pada terapi akupuntur terdapat variasi yang besar terhadap titik yang digunakan maupun jumlah jarum yang digunakan .
Hasil penelitian PKA seringkali variasinya besar atau tidak konsisten dan metodologi penelitiannya tidak adekuat. Pada systematic review menemukan bahwa banyak uji klinik pada PKA mempunyai kelemahan yang mendasar, seperti : kelemahan kemaknaan statistik, kontrol yang kurang, inkonsistensi dari hasil pengobatan, kurangnya perbandingan dengan jenis pengobatan lama, dengan plasebo maupun keduanya .
Peneliti seringkali hanya meneliti satu atau dua intervensi yang dilakukan dari seluruh intervensi yang dilakukan oleh pengobat ‘ holistik’ tersebut. Sebagai contoh : ratusan penelitian telah dilakukan untuk melihat efektifitas akupuntur tersendiri untuk mengobati asma, nyeri, hipertensi, muntah, sedangkan dalam praktek sehari-hari akupuntur hanya satu dari sekian banyak intervensi yang dilakukan oleh seorang ahli akupuntur selain dari terapi dengan menggunakan tanaman obat, cupping, perubahan pola makan, terapi fisik, moksibusi, dan pemijatan . Peneliti dihadapkan pada pembuatan metodologi penelitian intervensi tunggal yang keakuratannya tidak merefleksikan praktik sehari-hari atau peneliti sering dihadapkan pada metodologi penelitian dengan berbagai intervensi yang cukup komplek, seperti kesulitan dalam membuat plasebo pada kelompok control.
Permasalahan pada saat uji klinik tersamar ganda pada PKA adalah luasnya kriteria eksklusi yang akan menurunkan partisipasi pasien dan sulitnya pada saat generalisasi hasil penelitian. Pada pengobatan dengan suplemen makanan, pasien yang sangat menginginkan terapi menolak randomisasi dan bila menerima, akses yang mudah dari suplemen makanan dan intervensi alternatif lainnya akan memperbesar ‘likelihood cheating’ dari kelompok kontrol . Selain itupula penggunaan plasebo pada pengobat alternatif menimbulkan kesulitan tersendiri karena pada pengobatan alternatif seringkali adanya interaksi yang intensif antara pengobat dan pasien yang sebenarnya pula menimbulkan efek plasebo .
Kontradiksi bukti ilmiah dan scientific judment
Penulis menggunakan Homeopati sebagai contoh untuk mendiskusikan mengenai evaluasi PKA karena Homeopati mempunyai perjalanan panjang evaluasi penelitian ilmiah dan sudah dilakukan uji klinik tersamar ganda .
Homeopati dipopulerkan di Jerman oleh Samuel Hanemann ( 1755- 1843 ). Prinsip pengobatan dengan Homeopati adalah : apapun gejala yang ditimbulkan oleh suatu substansi pada orang sehat, penyakit dengan gejala yang sama akan dapat disembuhkan dengan jumlah yang sangat kecil substansi tersebut ( similia similibus curentur , like cures like ) . Sebagai contoh : sediaan homeopati Allium cepa berasal dari bawang. Kontak dengan bawang seperti diketahui dapat menimbulkan iritasi sekitar mata dan hidung , lakrimasi, dan keluarnya sekret jernih dari hidung. Maka Allium cepa dapat diresepkan pada pasien dengan Hay fever khususnya bila ada gejala iritasi mata dan hidung . Sediaan Homeopati sering diencerkan sampai mencapai bilangan avogadro ( 10 pangkat 23 ) dengan tidak satupun molekul aktif yang masih tersisa dalam larutan tersebut. Homeopati mengklaim bahwa semakin diencerkan substansi tersebut maka semakin besar efek dari subtansi tersebut ( less become more ). Secara ilmiah ( pemikiran kedokteran modern ) hal ini tidak masuk akal karena bagaimana mungkin ada efek farmakologi pada larutan dengan tidak satupun molekul aktif yang tersisa. konsep dasar homeopati ini sangatlah bertentangan dengan konsep fisika modern.
. Banyaknya bukti positif uji klinik pada homeopati sangatlah mengejutkan bagi kedokteran konvensional . Kalangan medis tidak sepenuhnya menerima hasil uji klinik tersebut karena konsep dasar homeopati yang kontroversial. Bagaimana masyarakat ilmiah mempercayai suatu bukti empiris tergantung pada keyakinan sebelumnya dan kualitas dari bukti yang didapat tersebut. Setelah membaca mengenai bukti ilmiah yang banyak tentang homeopati maka kemungkinan ada 3 sikap dari masyarakat ilmiah : masyarakat kritis yang tidak mempercayai efektifitas dari homeopati mungkin tetap tidak mempercayainya., masyarakat yang mengalami keraguan mungkin akan mendapat pandangan yang lebih optimistik, dan bertambah yakinnya masyarakat yang sebelumnya sudah percaya mengenai efektifitas homeopati .
Sebenarnya pengobatan dengan cara Homeopati ini sudah diperdebatkan sejak satu setengah abad yang lalu sampai akhirnya sudah pula dilakukan meta-analisis terhadap 89 uji klinik tersamar ganda membuktikan efek positif dari Homeopati bukanlah akibat dari plasebo .
Hasil meta-analisis ini memperpanjang perdebatan baru dan kemudian dilakukan re-analisis dari meta-analisis dengan menggunakan meta-regresi. Hasilnya : efek positif yang diperlihatkan oleh Homeopati adalah akibat dari metodologi penelitian yang tidak adekuat, jumlah sampel yang kecil dan adanya bias publikasi . Penulis meta-analisis Homeopatipun menegaskan kembali bahwa hasil analisis meta-regresi tidak membuktikan efek positif dari Homeopati semata-mata akibat plasebo .
Debat berkepanjangan mengenai homeopati ini memberikan pelajaran untuk kita , bila suatu saat dilakukan uji klinik terhadap suatu PKA, menjadi pertanyaan lebih lanjut : Apakah suatu terapi yang memberikan hasil bermakna secara statisitik ( dengan menggunakan uji klinik tersamar ganda ) diterima hanya bila cara kerja pengobatan tersebut ‘masuk akal’ ?. Dalam praktik sehari-hari jika terapi tersebut memang bermanfaat sebenarnya pengetahuan mengenai mekanisme kerja tidaklah terlalu penting . Akhir dari tulisan ini saya mencoba mengutip perkataan dari Vandenbronche : When reflecting on own behavior in several controversies, we recognize that sometimes we accept the evidence from randomized trial and overturn a theory- however beautiful it was- but that at other times we stick with the theory and dismiss the evidence.
SIMPULAN
Penelitian PKA mempunyai beberapa permasalahan terutama dari sudut metodologis. Hasil akhir penelitian uji klinis positif belum sepenuhnya diterima oleh semua pihak karena seringkali konsep dasar PKA bertentangan dengan konsep dasar ilmu kedokteran modern
Friday, 30 April 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment