Monday, 30 June 2014

Mengatasi Gangguan Diare


Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi pada tinja, yang melembek atau mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (empat kali atau lebih dalam sehari).

Umumnya diare disebabkan karena adanya infeksi (oleh virus, bakteri, maupun parasit), malabsorbsi, alergi, dan juga intoksikasi. Disebut sebagai diare bila tinja berbentuk cair dan dengan frekuensi pengeluaran lebih dari empat kali dalam sehari.

Ada dua mekanisme dasar terjadinya diare, yaitu:
  1. Pengeluaran cairan di usus yang berlebihan akibat toksin, disebut juga dengan diare sekresi. Pada diare jenis ini, permukaan dinding usus tidak rusak.
  2. Absorbsi karbohidrat dan lemak yang buruk, disebut juga dengan diare osmotik. Pada diare jenis ini, dinding usus mengalami kerusakan.
Beberapa tanda klinis diare akibat berbagai infeksi yang sering terjadi, yaitu:

Kolera
Merupakan diare jenis hipersekresi. Kuman tersebut mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan di usus, sehingga si penderita akan kehilangan banyak elektrolit. Umumnya timbul secara mendadak dan menyerang anak dengan usia lebih dari dua tahun. Terkadang disertai dengan muntah dan jarang disertai panas badan. Pada jenis ini, penderitanya akan cepat mengalami dehidrasi.

Shigella
Seringkali timbul pada anak berusia kurang dari dua tahun. Penderita tampak sakit berat, lemas, panas tinggi, dan disertai dengan kejang. Feses penderita biasanya berbentuk cair dan berdarah.

Salmonella
Ditandai dengan feses yang berbau seperti telur busuk. Tanda-tanda klinis penderita tidak begitu berat dan jarang terjadi dehidrasi.

Virus
Ditandai dengan adanya muntah-muntah. Akibatnya ion kalium pada penderita akan banyak yang hilang dan menyebabkan kekurangan kalium dalam darah. Diare akibat virus ini bersifat self limited.

Amoeba
Ditandai dengan adanya lendir dan darah dalam feses. Penderita tampak tidak sakit, jarang dehidrasi maupun panas. Lama timbulnya sekitar 1-2 minggu.

Pada anak atau balita, tanda-tanda dehidrasinya berupa rewel dan sering haus. Pada keadaan yang berat, anak menjadi kurang respon terhadap keadaan sekitarnya dan terlihat lemah. Sebaiknya segera berikan cairan rehidrasi oral, seperti oralit atau larutan gula garam secepatnya. Konsumsi ASI tetap diberikan. Bila si bayi minum susu selain ASI, sebaiknya berikan susu yang rendah laktosa.

Bila diare tidak kunjung sembuh dan anak terlihat dehidrasi, konsultasikan segera pada dokter yang tepat.

No comments: