Angka partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia masih sangat rendah. Oleh sebab itu, sosialisasi program keluarga berencana di kalangan pria harus ditingkatkan.
Sangat sedikit pria yang mau menggunakan alat kontrasepsi, baik kondom maupun vasektomi. Dari total jumlah aseptor KB di Indonesia, sekitar 97% adalah perempuan. Sedangkan partisipasi pria hanya 2.1% dan mereka umumnya memakai kondom.
Persentase tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Iran (12%), Tunisia (16%), Malaysia (9-11%), bahkan di Amerika Serikat mencapai 32%.
Rendahnya pria ber-KB disebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka tentang KB dan karena faktor sosial-budaya. Banyak istri yang justru tidak mau suaminya di-vasektomi karena khawatir dimanfaatkan untuk berselingkuh.
Padahal, penggunaan kontrasepsi pada pria akan menyebabkan sang istri tak perlu memakai KB lagi sehingga terhindar dari efek samping, seperti keputihan, flek hitam, dan lebih leluasa menyusui anaknya.
Untuk itu, pemerintah akan meningkatkan kampanye KB bagi pria, yakni kondom dan vasektomi, dengan menerobos budaya yang mengedepankan egoisme pria. Salah satunya adalah dengan menambah jumlah pria sebagai petugas penyuluh KB di daerah.
Selain itu, kegiatan penelitian mengenai kontrasepsi bagi pria juga perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, para pria di Indonesia menginginkan adanya alat kontrasepsi baru bagi mereka.
Saat ini para peneliti dari Universitas Sriwijaya meneliti KB suntik bagi pria, sedangkan Universitas Indonesia juga meneliti pil KB bagi pria. Namun, komplikasinya masih cukup banyak.
Sumber: Kompas
Tuesday, 1 December 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment