Seperti kita ketahui, Viagra sangat dikenal sebagai obat yang dapat membantu mengatasi disfungsi ereksi atau impotensi dengan mudah. Viagra lebih efektif dan efisien sebagai obat impotensi karena langsung diminum Mekanisme kerja Viagra adalah membuat relaksasi pada otot polos, yaitu dengan cara menghambat enzim fosfodiestrase. Otot polos yang berperan dalam impotensi disebut corpus kavernosum, yang merupakan suatu jaringan yang mendukung ereksi.
Selama ini, Viagra diduga dapat membantu 90% pasien yang mengalami gangguan ereksi dan hanya sedikit efek sampingnya. Hal itu menyebabkan kebanyakan pria memiliki pengharapan yang tidak realistis terhadap Viagra. Ketika penderita impotensi mengonsumsi pil ini, kemudian tidak berfungsi seperti yang mereka harapkan, akhirnya mereka akan kehilangan semangat dan mengalami depresi.
Hasil riset terhadap 40 pria penderita impotensi di rumah sakit Royal Hampshire, Inggris menunjukkan bahwa para pria tersebut memiliki harapan yang terlalu tinggi terhadap pengobatan Viagra setelah para peneliti mewawancarai mereka. Mereka berusia rata-rata 52 tahun dan telah mendapatkan resep Viagra untuk mengatasi gangguan seksualnya. Kesehatan mereka secara keseluruhan terlihat membaik begitu pengobatan Viagra berhasil mengatasi gangguan seksualnya. Namun sebaliknya, para pria tersebut merasa rendah diri dan dilanda kesedihan yang mendalam ketika pengobatan tersebut gagal. Hasil penelitian itu telah dipublikasikan dalam British Medical Journal.
Bagi sejumlah pria, Viagra memang aman dikonsumsi dan bekerja secara efektif, tetapi bagi sebagian lainnya obat ini tidak bekerja dengan baik. Alasannya memang tidak selalu bisa dimengerti. Yang jelas, pil tersebut tidak boleh diminum setelah mengonsumsi alkohol. Selain itu, pria juga masih membutuhkan rangsangan seksual agar bisa bergairah. Viagra akan berfungsi bila sang pria merasa terangsang. Tanpa keinginan dan rangsangan erotik, Viagra tidak bisa bekerja, karena pil ini bukan termasuk obat perangsang.
Seperti diketahui, aktivitas seksual dimulai dengan adanya libido atau gairah. Kemudian diikuti dengan terjadinya ereksi bila ada rangsangan. Tahap ketiga adalah ejakulasi, pada laki-laki biasanya hampir bersamaan dengan tahap keempat yaitu orgasme atau munculnya perasaan nikmat yang subyektif.
Memang Viagra tidak dapat menyelesaikan semua masalah seksual pada pria. Ada banyak faktor yang berperan dalam kasus disfungsi ereksi, baik masalah fisiologi tubuh (seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kanker prostat, dan penyakit sistem pembuluh darah), masalah psikologi, ataupun keduanya.
Sumber : British Medical Journal
Tuesday 31 March 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment