Saturday, 31 May 2008

Mengatasi Sindroma Dispepsia

Sindroma dispepsia lebih dikenal masyarakat umum sebagai penyakit maag (walaupun sebenarnya kurang tepat, karena maag berasal dari bahasa Belanda, yang berarti lambung. Padahal keluhan yang mun cul pada penyakit mag tidak selalu berasal dari lambung).

Pengertian dispepdia adalah rasa nyeri atau perasaan tidak nyaman pada perut bagian atas. Keluhan yang timbul adalah rasa nyeri pada ulu hati, mual, kembung, muntah, dan cepat kenyang. Terdapat berbagai jenis dispepdia. Berdasarkan golongannya, dispepdia dibedakan menjadi dispepdia organik dan dispepdia fungional. Dikatakan sebagai dispepdia organik jika keluhan yang timbul disebabkan karena kelainan organ tubuh, seperti tukak lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan sebagainya. Selain itu, obat-obatan rematik, beberapa antibiotik, penyakit diabetes melitus, dan penyakit jantung juga dapat menimbulkan dispepdia organik. Sedangakan dispepdia fungsional berupa keluhan dispepdia yang telah berlangsung beberapa minggu tanpa didapat kelainan atau gangguan struktural organ tubuh berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi.

Namun dalam kenyataan, sering ditemukannya dispepdia tanpa kelainan sistematik yang mendasarinya (dispepdia fungsional). Untuk memudahkan observasi dan penatalaksanaan dispepdia fungsional dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

  1. Dispepdia mirip ulkus (luka/ tukak), gejala utamanya adalah nyeri pada ulu hati.

  1. Dispepdia mirip dismotilitas, gejala utamanya adalah kembung, mual, dan cepat sekali merasa kenyang.

  1. Dispepdia non spesifik, gejala utamanya tidak jelas masuk ke dalam kelompok pertama dan kedua.

Untuk mengetahui penyebab dari penyakit dispepdia dilakukan dengan cara melakukan wawancara (anamnesia) secara teliti dan terarah, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium (endoskopi / teropong saluran cerna) jika diperlukan. Cara menangani dispepdia organik harus dilakukan dengan menangani penyebab utamanya. Jika penyebab utamanya adalah tukak lambung, maka obat yang dapat menyembuhkannya adalah obat yang menekan produksi asam lambung. Jika penyebabnya adalah rematik, maka penderita dispepdia harus menghentikan penggunaan obat tersebut, demikian seterusnya. Sedangkan untuk dispepdia fungsional terapi yang diberikan dokter biasanya berhubungan dengan keadaan yang diduga sebagai pencetus keluhan. Misalnya saja, jika penyebabnya adlah makanan, maka penderita dianjurkan untuk menghindari jenis makanan tersebut. Pola makan dengan diet porsi kecil tapi sering, atau makan teratur dan tidak terburu-buru, makanan rendah lemak (terutama asam lemak jenuh), menghindari makanan lainnya (seperti kopi, alkohol, pedas, terlalu asam, dan lain sebagainya) akan banyak mengurangi gejala. Umumnya dokter akan memebrikan obat golongan antasida, antisekresi asam lambung, dan golongan prokinetik. Namun kadangkala juga dibutuhkan psikoterapi pada penderita dispepdia fungsional karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.

No comments: